Sabang, Aceh  (ANTARA News) - Indonesia terus memantau kondisi ratusan "manusia perahu" tanpa identitas diduga berasal dari Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dilaporkan dalam kondisi sehat, demikian Ketua Tim Verifikasi Departemen Luar Negeri, Kusuma Pradopo kepada ANTARA di Sabang, Minggu (1/2). "Tidak ada masalah mengenai kesehatan manusia perahu tersebut. Petugas medis dan PMI terus memantau kesehatan mereka di lokasi penampungan itu," katanya. Menurutnya, satu unit mobil ambulans disiagakan di lokasi  penampungan dan seorang dokter dibantu para relawan PMI  bertugas memeriksa kesehatan mereka. Sebanyak 193 manusia perahu yang mengaku warga Myanmar dan Bangladesh itu terdampar di Sabang, sekitar 14 mil laut dari Kota Banda Aceh pada 7 Januari 2009. WNA itu ditemukan terapung-apung di perairan laut kawasan Pulo Rondo (Sabang) dan digiring ke Sabang. Untuk menjaga kesehatan mereka agar tetap prima, TNI-AL bersama PMI Sabang menyediakan peralatan olahraga, berupa bola kaki, badminton dan hiburan lainnya. "Kita lihat secara fisik mereka itu sehat dan tidak ada masalah. Kecuali, faktor psikologis mereka sedikit terganggu karena trauma dan teringat dengan keluarga yang ditinggalkan," katanya. Beberapa di antara warga Myanmar dan Bangladesh itu mengalami goncangan jiwa dan mungkin mereka teringat pada anak atau istrinya yang hampir sebulan lamanya berpisah tanpa ada kabar berita atau komuniksi. Dalam situasi seperti ini, kata Kusuma, manusia perahu yang semuanya muslim tersebut  membutuhkan hiburan agar tidak berdampak pada kondisi kesehatan mereka. Pantauan ANTARA menunjukkan, kondisi kesehatan warga asing itu secara fisik sehat dan mereka setiap pagi dan sore berolahraga, antara lain bermain sepakbola, badminton dan malam hari mendapat kesempatan menonton layar tancap. "Ini semua diberikan agar mereka sehat jasmani dan rohani serta tidak larut dalam kesediahan yang berisiko pada kejiwaan," kata Kusuma. Meskipun sementara ini kondisi fisik mereka sehat, para pengunjung yang setiap hari mendatangi lokasi penampungan manusia perahu itu merasa  khawatir karena mereka tidur di tenda beralaskan plastik atau tikar, yang dapat menganggu kesehatan warga asing tersebut. Untuk sementara, warga Myanmar dan Bangladesh itu masih tinggal di tenda darurat dan belum ada tanda-tanda dari pemerintah setempat memidahkan mereka ke tempat yang agak layak atau bangunan seperti gudang. "Sampai saat ini, hanya seorang dari 193 warga Myanmar dan Bangladesh itu yang dirawat di rumah sakit umum Sabang, karena menderita penyakit TBC bawaan dari negaranya," demikian Kusuma Pradopo. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009