Brisbane (ANTARA News) - Konsul Jenderal RI di Sydney menyatakan bahwa warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kota Adelaide dan sekitarnya masih "aman" dari bencana gelombang panas yang melanda sebagian kota di Australia Selatan dalam sepekan terakhir.

"Selama ini warga kita aman-aman saja karena para korban umumnya adalah warga Australia yang cukup berumur," kata Konsul bidang kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, kepada ANTARA yang menghubunginya dari Brisbane, Senin, terkait bencana yang telah menewaskan 30 warga Australia tersebut.

Edy mengatakan, pihaknya yakin orang-orang Indonesia mampu bertahan di tengah bencana gelombang panas ini. Hari Senin, suhu udara di Australia Selatan berada di antara 38 dan 42 derajat Celsius.

Laporan prakiraan cuaca ABC menyebutkan, temperatur tertinggi di kota Adelaide hari ini tidak lagi di atas 40-an derajat Celsius, melainkan 38 derajat Celsius. Namun suhu tertinggi di Port Pirie masih mencapai 41 derajat Celsius dan Renmark 42 derajat Celsius.

Kondisi panas yang menyengat di kota Adelaide dan sekitarnya dirasakan semua warga. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting Universitas Flinders, Ariatna misalnya, mengaku sangat terganggu dengan bencana gelombang panas ini.

"Hidup jadi kayak (seperti) di neraka. Ajab kami. Saya baru saja pulang beli cooler (alat pendingin) untuk mengurangi panas di dalam rumah. Kasihan sekali melihat anak-anak saya karena di unit kami tinggal kebetulan nggak dilenggapi AC (alat pendingin)," katanya.

Aktivis mahasiswa yang sedang melanjutkan studi magisternya di Universitas Flinders itu mengatakan, kipas angin tidak banyak membantu mengurangi panas karena pusaran angin yang dihasilkannya justru menyebarkan "panas".

"Cara yang banyak dilakukan warga di sini ya berlindung di pusat perbelanjaan atau mandi-mandi di pantai."

Salah satu pusat perbelanjaan yang populer sebagai "lokasi berlindung" adalah "Marion Shopping Center" dan pantai yang banyak dikunjungi warga setempat, termasuk orang-orang Indonesia, adalah pantai Glenelg.

Selama terjadinya gelombang panas ini, konsumsi air untuk keperluan mandi dipastikan naik karena dia terpaksa mandi sampai empat kali sehari untuk menyegarkan badan, katanya.

Selama terjadinya gelombang panas, angin kencang selalu datang menjelang malam, namun menjelang subuh angin nyaris "tidak ada", katanya.

Sekalipun angin berhembus kencang di luar rumah sejak menjelang malam hingga sebelum subuh, namun hawa di dalam rumah tetap terasa panas apalagi rumah berlantai karpet yang sangat umum di Australia, katanya.

Di negara bagian Victoria, suhu panas juga melanda banyak daerah. Bahkan, beberapa wilayah hutan pinus dan semak belukar terbakar dalam beberapa hari terakhir.

Berbeda dengan Australia Selatan dan Victoria, beberapa daerah di utara dan tenggara negara bagian Queensland justru diguyur hujan lebat dan terancam banjir. Daerah-daerah yang dilanda cuaca buruk itu adalah Townsville, St.Lawrence, Cardwell, dan Bowen.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009