Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri menyampaikan pujian pada sineas Indonesia sekaligus apreaisi positifnya setelah menyaksikan salah satu film thriller Indonesia berjudul "Pintu Terlarang" (Forbidden Door) bersama dua bintang film ini Fachri Albar dan Marsha Timothy. "Saya ikut tegang menontonnya, filmnya bagus dan pesan yang ingin disampaikan film ini dapat saya pahami," katanya kepada ANTARA setelah menyaksikan film "Pintu Terlarang" bersama pemain dan produser film ini di Jakarta, Senin malam (2/2). Kojiro mengatakan film karya sutradara Joko Anwar ini adalah film Indonesia yang pertama ia saksikan. Ia tidak menyangka Indonesia memiliki sineas-sineas muda yang sangat berbakat. "Saya yakin sekali sebuah film itu berisi harapan dan impian, sebuah film juga mencerminkan karakter suatu bangsa. Karena itu saya yakin Indonesia memiliki banyak sekali orang-orang bebakat untuk membuat film berkelas seperti film ini," katanya. Kojiro menambahkan Jepang juga memiliki banyak sineas yang karyanya dikenal luas. Meski film di Negeri Sakura itu belum menjadi sebuah industri yang besar, namun gairah untuk berkreativitas selalu ada. "Saya pribadi sangat berkeinginan suatu hari nanti sineas Indonesia bisa kerjasama dengan sineas di Jepang dalam pembuatan sebuah film," katanya. Kojiro adalah satu diantanya banyak duta besar negara sahabat yang menyaksikan film "Pintu Terlarang". Produser film ini, Sheila Timothy menjelaskan pada 19 Januari lalu sejumlah dutab besar perwakilan sejumlah negara di Jakarta turut diundang menyaksikan film ini. "Mereka menyampaikan apresiasi positif terhadap film ini, bahkan beberapa duta besar menawarkan untuk memutarnya di negaranya," ujar Sheila. Pintu Terlarang merupakan adaptasi dari sebuah novel thriller laris karya Sekar Ayu Asmara yang berjudul sama. Selain Fachri dan Marsha, film ini dibintangi oleh Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, Henidar Amroe, dan Atiqah Hasiholan. "Pintu Terlarang" mengisahkan tentang Gambir, pematung yang sukses dan hidupnya mulai berantakan setelah ia menerima pesan-pesan misterius dari seseorang yang meminta pertolongannya. Pesan misterius itu ternyata berasal dari seorang anak yang disekap dan disiksa oleh kedua orang tuanya. Saat Gambir berusaha untuk mencari tahu di mana anak itu, ia curiga Talyda ada di balik misteri yang ingin dipecahkannya. Pada akhirnya, Gambir harus memilih antara menyelamatkan anak kecil itu atau kehilangan semua yang dia miliki dalam hidup. Film ini mengandung pesan yang kuat tentang dampak buruk kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang tua. Dengan menggambarkan penyiksaan yang dialami Gambir kecil, Sekar Ayu Asmara dan Joko Anwar mengajak penonton untuk merenungkan bagimana seharusnya orang tua mendidik dan memerlakukan anak dengan baik serta menghindarkan kekerasan dalam penyelesaian masalah.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009