Jakarta (ANTARA News) - Tiga putri Bung Karno, yakni Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri dan Sukmawati Soekarnoputri, meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasi mereka menjadi pemimpin tiga partai politik. Penyerahan penghargaan rekor MURI kepada ketiga putri Bung Karno dilakukan  secara langsung oleh Ketua MURI, Jaya Suprana, di Jakarta, Kamis, bertepatan dengan peringatan "86 Tahun Ibu Fatmawati Soekarno". Dari tiga putri Bung Karno dari Ibu Fatmawati tersebut, hanya Sukmawati yang hadir, sementara Megawati dan Rachmawati berhalangan hadir. Megawati diwakili besannya,i Bambang Sukmono Hadi, sedangkan Rachmawati diwakili Ketua Umum DPP Partai Pelopor, Eko Surjo Sandjojo. "Ini adalah rekor dunia. Yang menarik, tiga putri Bung Karno jadi tokoh politik, dua putranya menjadi budayawan," katanya. Megawati  merupakan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan,  Rachmawati pendiri utama Partai Pelopor dan Sukmawati  adalah Ketua Umum DPP PNI Marhaenisme. Menurut Jaya Suprana, ke depan pihaknya juga berencana memberikan penghargaan kepada penggali Pancasila, Bung Karno, sebagai tokoh yang paling banyak memperoleh gelar doktor kehormatan (honoris causa). Dalam acara peringatan 86 tahun Ibu Fatmawati itu juga dilakukan peluncuran buku "Suka Duka Ibu Fatmawati Sukarno" karya Kadjat Adra`i. Ketua Umum Yayasan Bung Karno, Guruh Soekarnoputra dalam sambutannya menyatakan, peringatan 86 Tahun Ibu Fatmawati tersebut terasa istimewa karena adanya penghargaan MURI terhadap tiga putri Bung Karno serta diluncurkannya buku "Suka Duka Ibu Fatmawati Sukarno". Ibu Fatmawati yang juga penjahit Bendera Pusaka itu lahir pada 5 Februari 1923 dan wafat pada 14 Mei 1980. Yayasan Bung Karno setiap tahun memperingati kelahiran isteri Bung Karno itu. Selain itu, kata Guruh, Yayasan Bung Karno juga terus memelihara seluruh barang-barang peninggalan Bung Karno, termasuk pula ajaran-ajarannya yang banyak ditulisnya dalam bentuk buku. Bung Karno, lanjut Guruh, tidak memilih namanya sebagai nama ajarannya, melainkan memilih nama Marhaenisme sebagai nama ajarannya, yang diambil dari nama seorang petani miskin di Jabar bernama Marhaen. "Inti ajaran Bung Karno untuk mengangkat seluruh umat manusia,  harkat dan martabatnya," kata Guruh. Karena itu, Guruh mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk mengenal Bung Karno dan ajarannya, serta Ibu Fatmawati, secara utuh dan benar. "Karena sejak Orde Baru, Bung Karno, ajaran Marhaenisme, dan Ibu Fatmawati, tidak pernah dikenalkan secara utuh dan benar," katanya. Guruh juga menyesalkan adanya upaya mengubur dalam-dalam semua hal yang terkait dengan Bung Karno atau yang dikenal dengan istilah "desoekarnoisasi". (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009