Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Miranda S Goeltom menyatakan bahwa stimulus fiskal akan memberi dampak lebih cepat ke masyarakat daripada stimulus moneter. "Kebijakan moneter memiliki lag sebelum dapat memberikan dampak pada pasar keuangan, apalagi dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian saat ini," kata Miranda dalam rapat Komisi XI DPR di Jakarta, Kamis. Menurut dia, dalam kondisi penuh dengan ketidakpastian seperti saat ini, penurunan suku bunga tidak segera mempercepat penyaluran kredit. Hasil penelitian BI menunjukkan bahwa penurunan BI rate baru direspon dalam bentuk penurunan suku bunga dana dan kredit perbankan dalam waktu 2-3 bulan. "Sehubungan dengan hal itu, jika kita menginginkan pertumbuhan ekonomi berada di atas 4 persen maka perlu dipertimbangkan dengan cermat jenis kebijakan yang memiliki dampak cepat ke sektor riil," katanya. Menurut Miranda, selain jenis stimulus, besaran stimulus juga sangat penting. Stimulus yang jumlahnya tidak cukup besar akan membuat efektivitas pada potential demand juga tidak besar. Pemilihan jenis instrumen dalam stimulus juga perlu menjadi perhatian. BI menyambut baik stimulus berupa pemotongan pajak untuk kelompok WP tertentu. "Namun seyogayanya juga tidak dilupakan stimulus bagi sektor-sektor informal seperti UMKM, serta golongan masyarakat berpendapatan rendah yang tidak kena pajak," katanya. Menurut dia, sebagai negara besar, Indonesia memiliki banyak sumber daya baik alam maupun manusia. Dengan jumlah penduduk yang besar, konsumsi domestik merupakan sumber penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. "Indonesia juga masih lebih beruntung dibandingkan dengan negara lain yang pertumbuhannya diperkirakan mengalami penurunan tajam, bahkan mengalami pertumbuhan negatif," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009