Denpasar (ANTARA News) - Kepala Balai Arkeologi Denpasar, Wayan Suantina, menyatakan, dalam waktu dekat Candi Budha Kalibukbuk yang telah selesai dipugar akan dibuka kembali, sehingga umum bisa mengetahui kebesaran warisan arkeologi itu. "Kalau tidak ada halangan, 28 Februari ini akan dibuka kembali dalam satu upacara. Kami jelas bersyukur atas pembukaan kembali candi Budha itu, setelah selama lima tahun dipugar," katanya kepada ANTARA News, di Denpasar, Kamis. Candi Budha Kalibukbuk terletak di kawasan Banjar, Kabupaten Buleleng. Kawasan perbukitan itu juga diketahui menjadi salah satu andalan wisata alam Buleleng, di antaranya beberapa pemandian air panas alami. Pemugaran Candi Budha Kalibukbuk yang berasal dari abad kesembilan Masehi itu, katanya, terlaksana berkat kerja sama berbagai pihak, di antaranya Pemerintah Provinsi Bali, Kabupaten Buleleng, masyarakat setempat, dan berbagai instansi di pusat dan daerah. Candi itu satu jaman dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Di sisi lain, balai yang dia pimpin juga sedang mempersiapkan upaya penyelamatan situs arkeologi di Desa Keramas, Kabupaten Gianyar, setelah dalam waktu singkat ditemukan beberapa sarkofagus yang masih menyimpan kerangka di dalamnya. Dia mengungkapkan kegembiraannya soal temuan beberapa sarkofagus di Gianyar dalam waktu relatif singkat, namun pelestarian situs arkeologi itu masih terkendala dana. "Saya gembira sekali, namun sayang kami terkendala dana. Masalahnya, badan pemerintah seperti kami ini ditetapkan penganggarannya memakai skema berbasis kinerja," katanya. Siantina menyatakan, pengganggaran berbasis kinerja itu sangat mensyaratkan perencanaan anggaran yang ketat pada tahun anggaran termaksud. "Siapa yang tahu bahwa ada banyak sarkofgus di sana? Jelas situs itu tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa upaya pelestarian secara arkeologis yang sebaik mungkin," katanya. Terkait masalah pendanaan ini, pihaknya akan mengadakan komunikasi dengan pemerintah pusat di Jakarta dan berbagai instansi terkait dalam waktu secepatnya. Tiga hari lalu, masyarakat Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, beserta beberapa petugas dari Balai Arkeologi Denpasar menemukan kembali satu sarkofagus berbentuk kura-kura berukuran panjang 60 sentimeter dan tinggi 57 sentimeter. Sarkofagus temuan terbaru ini terbenam di kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah. Temuan arkeologis ini melengkapi temuan sebelumnya dengan obyek arkeologis serupa, yaitu sarkofagus berbentuk trapesium dengan tonjolan di bagian samping. Penggalian kedua benda purbakala yang diperkirakan berasal dari 2.500 tahun lalu langsung dilakukan namun terhambat hujan lebat yang mengguyur Bali selama tiga hari terakhir.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009