Jakarta, (ANTARA News) - Sejak mulai dikenalnya dunia blog di Indonesia pada 2005, jumlah pengguna blog (blogger) di Indonesia terus berlipat-lipat dan sampai akhir 2008 sudah mencapai 600 ribu orang dari 20 juta pengguna internet di tanah air.

Angka ini diperkirakan menembus sejuta orang pada akhir 2009 dan akan menjadi sangat besar pada lima sampai sepuluh tahun mendatang.

Menurut bapak blogger Indonesia Enda Nasution, pengguna blogger.com di Indonesia mencapai 450 ribu, sisanya pengguna wordpress.com, multiply.com, friendster dan lain-lain.

"Pada Pesta Blogger pertama Oktober 2007, jumlah blogger yang terdaftar mencapai 300 ribu dan pada Pesta Blogger November 2008 sudah berlipat sampai 600 ribu orang," katanya.

Di dunia sendiri, blog mulai dikenal luas pada 2001 ketika masyarakat AS mencurahkan perasaannya mengenai tragedi 11 September melalui blog-blog.

"Di dunia jumlah blogger sudah mencapai sekitar 100 juta, kebanyakan mereka ada di AS, Eropa dan China," katanya.

Blog, urainya, kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997 untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara terus-menerus dan berisi link-link ke website lain disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.

Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya, yang pada mulanya merupakan "catatan perjalanan" seseorang di Internet, yaitu link ke website yang dikunjungi dan dianggap menarik, kemudian menjadi tak sekedar itu.

"Hal ini disebabkan karena para Blogger biasanya juga tidak lupa menyematkan komentar-komentar cerdas mereka, pendapat-pendapat pribadi dan bahkan mengekspresikan sarkasme mereka pada link yang mereka buat," katanya.

Blog pada perkembangannya kemudian menjadi Diary Online yang berada di Internet namun dibuat dengan sengaja untuk dibaca orang lain.

Bahkan kini mulai banyak blog yang dibuat oleh pakar-pakar yang membahas berbagai hal dari sisi kepakarannya sehingga layak dibaca oleh publik sebagaimana media online.

"Jumlahnya masih kecil, mungkin tak sampai 10 persen dari jumlah blog," katanya.

Blog-blog seperti ini, Enda yakin, memiliki potensi untuk sejajar dengan pers, lebih khusus lagi, media online.



Tak Beretika

Sementara itu, pengamat telematika, Roy Suryo, mengatakan blog-blog Indonesia saat ini sudah menjadi lebih baik dengan semakin banyaknya jusrnalis atau mantan jurnalis yang juga "ngeblog".

Para jurnalis dan mantan jurnalis ini, ujarnya, memang memiliki bekal, tidak saja kepiawaian dalam menuliskan informasi, tetapi juga memiliki etika jurnalisme, seperti obyektif, fair, cover both side, dan lain-lain, sehingga kredibilitasnya tinggi.

Pada awal kehadirannya beberapa tahun lalu, blog hanya catatan pribadi yang tidak bermanfaat bagi masyarakat, ujarnya, bahkan banyak yang cenderung negatif dengan lebih banyak berisi celaan kepada orang lain dan tanpa etika mengungkapkan opini ketidaksukaannya terhadap sesuatu.

Blog, ujarnya, tak diikat oleh kaidah jurnalistik, sehingga tidak bisa diketahui nilai pertanggungjawabannya dan tak bisa dipercaya 100 persen isinya sehingga pembacanya harus waspada dan mencek lagi kebenarannya.

"Contohnya suatu blog yang memaparkan tentang kasus pembunuhan seorang karyawati, ternyata diusut-usut ditulis oleh orang lain yang merupakan cerita fiktif, atau blog yang menghina-hina Presiden dengan berita dan gambar fiktif" katanya.

Blog yang berisi laporan pun, urainya, seringkali juga hanya melakukan "copy paste" dari media online, bahkan tanpa menyebut sumbernya, dan bisa ditambah dan dikurangi sekehendak hati penulis blog.

Bahkan, urainya, UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) no 11 tahun 2008 juga belum bisa menjangkau blogger untuk membuatnya lebih bertanggung jawab seperti halnya pers dan masih perlu kisis-kisi lagi yang dituangkan dalam PP.

"Tapi saat ini antara blog yang negatif dan positif sudah 50:50," katanya.

Ia menegaskan, media blog tidak pernah bisa menggantikan media massa, dan hanya merupakan media alternatif yang sedang "trend" seperti layaknya stasiun radio dan tumbuhnya radio amatir di masa lalu.

Sementara itu, pakar teknologi informasi Budi Rahardjo, juga menilai blog tidak akan pernah bisa menggantikan media massa online seperti halnya TV tak bisa menggantikan radio, karena memiliki domain yang berbeda.

"Kekurangannya adalah kredibilitas yang rendah karena bersifat individual," katanya sambil menambahkan bahwa blog muncul dengan sifatnya yang lebih bebas.

Kalaupun "search engine" seperti google atau yahoo menyukai berita-berita di blog sama sukanya seperti kepada berita-berita di media massa online, hal itu menurut dia, karena mekanisme pencarian kata di google atau yahoo berdasarkan peringkat.

"Perankingan google ini memang tidak sesuai dengan kaidah jurnalisme," katanya.

Blogger, tambah Enda, menurut sifat dasarnya bukanlah reporter, pencari berita, tetapi berperan sebagai editor dalam blognya masing-masing dengan menyiangi internet untuk mendapatkan berita.

Jadi sulit mengharapkan blog bisa tampil layaknya media massa dengan etika jurnalismenya yang ketat, ujar Roy.(*)

Oleh oleh Dewanti Lestari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009