Jakarta (ANTARA News) - Mantan Dirut PT Pertamina (Persero) membantah adanya keterlibatan mafia minyak dalam setiap transaksi jual beli minyak. "Kita tidak beli minyak tanpa `certifacate of origin` dari asalnya dan setiap transaksi dicatat. Impor dilakukan dengan tender terbuka, saya tidak mengerti mafia yang mana," kata Ari dalam dialog Polemik bertema Pertamina antara Bisnis dan Politik di Jakarta, Sabtu. Ia menambahkan bahwa selama ini Pertamina mengimpor minyak dari Arab Saudi dan sesuai persyaratan minyak harus sampai ke tempat yang disebutkan. "Kalau memang tujuannya ke Cilacap minyak harus sampai sana. Kalau Cilacap ternyata tidak bisa menampung maka harus dikembalikan ke tempat asal," ujar dia. Sistem pasar minyak sendiri memang mengharuskan membeli dari trader, katanya. Itu karena produsen minyak hanya menjual minyaknya ke trader. Pada kesempatan yang sama, Ari meminta masyarakat memahami bahwa Pertamina sedang melakukan perubahan menuju perusahaan multinasional dengan melakukan segalanya lebih transparan. Walaupun dengan demikian ada pihak-pihak yang merasa "diinjak". Ia optimistis bahwa struktur baru kepemimpinan perusahaan minyak nasional ini mampu membawa Pertamina menjadi perusahaan multinasional. Sementara itu, Pengamat ekonomi independen, Icshanudin Noorsy justru mengatakan, kepemimpinan perusahaan BUMN minyak ini tidak terlepas dari politik. "Bisa jadi ini justru menjadi signal untuk Washington bahwa Pertamina tetap siap untuk diprivatisasi," ujar Noorsy. Aset perusahaan minyak nasional ini yang menurut mantan Dirut Pertamina Ari Sumarno mencapai Rp125 triliun lama-lama akan habis, ujar dia. Sehingga mau tidak mau dilakukan privatisasi. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009