Brisbane (ANTARA News) - Enam anggota tim identifikasi korban bencana (DVI) Indonesia sudah tiba di Melbourne Minggu pagi dan langsung diserahterimakan ke pimpinan "Victorian Institute of Forensic Medicine" (VIFM) Australia. "Yang menyerahkan tim DVI kita ke pimpinan VIFM adalah Direktur Asia Timur dan Pasifik Deplu RI, Kristiarto Legowo," kata Konsul Jenderal RI di Melbourne, Budiarman Bahar, yang langsung mendampingi para anggota delegasi RI dan tim DVI selama berada di VIFM Australia. Para anggota tim DVI Indonesia itu diajak berkeliling melihat berbagai fasilitas dan tempat mereka bekerja. Pada Minggu sore, mereka akan diberikan orientasi teknis yang lebih detail dari pihak VIFM, katanya. "Senin pagi (16/2) tim kita ini sudah langsung bekerja," kata Budiarman Bahar. VIFM yang berlokasi di kawasan Southbank Melbourne ini berdiri sejak 1985. Lembaga yang berafiliasi dengan Universitas Melbourne dan Universitas Monash ini melayani keperluan patologi forensik, pengobatan forensik, bank donor "tissue", serta pelayanan keilmuan, perusahaan, dan pencegahan. Ke-enam anggota tim DVI Indonesia gelombang pertama itu terdiri dari Kombes Pol. dr. Musaddeq Ishaq, DFM (pimpinan operasi), AKBP dr.Agung Widjajanto, SpF (anggota), Kompol drg. Lisda Cancer (anggota), Kompol drg. Anton K. Widagdo (anggota), Kompol dr. D. Aji Kadarmo, SpF (anggota), dan drg. Daniel Augustinus (anggota). Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Dahuri di Jakarta mengatakan, ke-enam personil yang merupakan gelombang pertama tim DVI itu akan bertugas di Australia selama 20 hari. Mereka kemudian diganti oleh gelombang kedua yang juga beranggotakan enam personil untuk membantu identifikasi jenazah yang sudah sulit dikenali. "Secara keseluruhan keberadaan Tim DVI di Australia sesuai dengan kebutuhan. Kemana mereka akan dikerahkan, disesuaikan petunjuk dan kebutuhan pihak Australia. Jadi, masalah teknis ditentukan di sana," kata Bambang. Pengiriman Tim DVI itu sesuai dengan permintaan Pemerintah Australia ke pemerintah Indonesia mengingat Polri memiliki tim DVI dengan spesifikasi khusus. "Tim ini sudah lengkap, ada ahli patologi, ontologi, dan kemampuan untuk mendalami DNA jenazah," ujarnya. Pimpinan Operasi Tim DVI, Kombes Pol dr.Musaddeq Ishaq, mengatakan, mereka akan berada di Australia dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. "Kami berada di sana sampai tugas dinyatakan selesai, sampai proses identifikasi selesai. Sesuai ketentuan internasional setiap dua minggu personel DVI harus dirotasi," katanya. Meski terjadi rotasi terhadap personel DVI, namun sebagai ketua tim, ia tetap akan berada di Australia, kata Musaddeq. Bencana kebakaran terburuk dalam sejarah Australia yang terjadi sejak 7 Februari itu telah menewaskan sedikitnya 181 orang. Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah hingga mencapai 300 orang karena masih banyak warga yang dinyatakan hilang dan belasan titik api masih membara di sejumlah lokasi. Di antara mereka yang dinyatakan hilang itu adalah dua mahasiswa Indonesia, Rudi dan Dean Lesmana. Para korban tewas dalam bencana terburuk dalam 26 tahun terakhir itu antara lain ditemukan di Kinglake, Kinglake West, St Andrews, Marysville, Wandong, Callignee, Hazelwood, Jeeralang, Humevale, Bendigo, Upper Callignee, Long Gully, Strathewan dan Arthurs Creek.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009