Tampaksiring, Bali (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, menyatakan, kementeriannya sedang memperjuangkan agar tiga situs budaya penting di Bali agar diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. "Ada tiga, di antaranya daerah aliran sungai Pekerisan, Pura Agung Tirta Empul di Tampaksiring, dan Pura Gunung Kawi. Akan tetapi tentu tidak mudah makanya kita sedang perjuangkan terus," katanya, di Tampaksiring, Bali, Minggu. Wacik berada di Pura Bale Agung Tampaksiring itu untuk menyerahkan bantuan seperangkat gamelan gong (gamelan lengkap) bagi masyarakat desa adat setempat. Gamelan gong itu memang telah lama dinantikan oleh masyarakat setempat agar kegiatan berkesenian semakin lestari. Wacik sendiri menyempatkan diri memainkan gendang secara fasih untuk dua tarian, Tari Baris dan Tari Sekar Jagad. Sejak masa kanak-kanak, Wacik belajar menabuh gendang dan instrumen karawitan kepada empu seni tabuh di desa itu, I Wayan Dibya. Kalau suatu situs budaya sudah diakui secara resmi oleh UNESCO, katanya, kegunaannya bagi Indonesia jelas semakin banyak. "Upaya pelestariannya akan semakin bagus, terencana, dan lestari. Inilah sebabnya kita terus-menerus memperjuangkan hal ini," katanya. Selain itu, Wacik juga menegaskan, keberadaan Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang sedang dibangun namun menimbulkan kontroversi saat ini di Desa Trowulan, Jawa Timur, sangat penting untuk pewarisan sejarah bangsa. "Mungkin karena singkatannya PIM itu maka orang menyangka akan dibangun mal. Tidak begitu ya. Sejarah mencatat ada dua peradaban bangsa ini yang sangat besar pada masanya, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Ini yang penting diwariskan," katanya Menurut Wacik, selain PIM juga akan dibangun Taman Majapahit dalam konsep modern yang didukung sistem teknologi informasi terkini, salah satunya sistem akses internet, alat peraga digital terpadu, dan ruang peraga yang dibuat mirip keadaan pada masa Majapahit secara in situ. "Jadi diharapkan minat generasi muda kita yang jauh lebih ,melek, teknologi semakin tinggi. Kalau tidak dibuat begitu, mana mau mereka datang ke sana dan mencari tahu lebih lanjut tentang kebesaran Majapahit," katanya. Sesanti bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika karya Empu Tantular dalam babad Sutasoma-nya pada masa Majapahit itu, kini menjadi semakin relevan untuk diejawantahkan. Selain itu juga terdapat sesanti lain, yaitu Tanhanna Darma Mangarua, yang maknanya juga tidak kalah luhur. Tidak kalah penting adalah, di lokasi itu juga akan dibangun tempat ibadah bagi lima agama di Indonesia. "Karena kita semua tahu, toleransi dan keharmonisan kehidupan beragama pada masa itu sangat baik sekali. Ini juga patut diwariskan," katanya. Di Trowulan, katanya, diketahui terdapat areal berukuran sembilan kali 12 kilometer persegi yang masih menyimpan kekayaan arkeologis kehidupan masyarakat pada masa kejayaan Majapahit dalam keadaan lanskap yang masih sangat lengkap. Di antara yang menonjol adalah tata guna lahan dan sistem pengairan di areal persawahan. Selain itu, terdapat spesimen tata kota yang menyiratkan keberadaan pusat pemerintahan kerajaan penting pada masa itu. "Semuanya harus diungkap demi kepentingan bangsa. Banyak yang masih terpendam di dalam tanah. Saya terlibat aktif dalam pembuatan rencana induk PIM itu," kata Wacik. Dalam perkembangannya, PIM banyak menuai kritik pedas karena cara dan alokasi pendiriannya dinilai malah merusak situs purbakala penting yang masih sempurna itu. Beberapa bulan lalu, dilaporkan pemancangan tiang-tiang pancang di lokasi itu menimbulkan kerusakan warisan cagar budaya itu secara serius. Kalangan arkeologi dan pemerhati warisan sejarah bangsa kemudian melancarkan sejumlah keberatan atas kenyataan itu dan meminta pemerintah meninjau kembali pelaksanaan pembangunan PIM di lokasi Desa Trowulan itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009