"Ini adalah proses yang sepenuhnya sejalan dengan praktek demokratis," kata wakil jurubicara Departemen Luar Negeri AS Gordon Duguid sebagaimana dilaporkan Xinhua.
Ia menambahkan, "Kami sejak dulu selalu berusaha memiliki hubungan positif dengan Venezuela."
Pernyataan itu merupakan pujian langka yang disampaikan Washington kepada Venezuela --yang dipimpin oleh Chavez, yang terkenal karena sikap kerasnya terhadap dominasi AS di belahan Bumi bagian bagian barat.
Pemimpin sayap-kanan tersebut, yang pertama kali terpilih pada 1998 dan dipilih kembali pada 2006, pada Ahad menang dalam referendum yang mencabut batas masa jabatan presiden, sehingga memungkinkan dia mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden pada 2012.
"Namun praktek demokratis juga mengharuskan pemerintah memerintah dengan baik dan memperhatikan kepentingan semua masyarakat dengan beragam kepentingan yang ada di Venezuela," kata jurubicara tersebut.
"Kami akan terus berusaha mempertahankan hubungam positif dengan Venezuela. Namun, proses demokratis mereka perlu kita perhitungkan, tapi kita juga perlu mencari pemerintah yang telah mencapai hasil demokratis positif untuk mengunakan itu secara positif," kata Duguid.
Hubungan Venezuela-AS telah tegang dalam beberapa tahun belakangan. Sebagai reaksi atas perintah Chavez untuk mengusir duta besar AS, pemerintah presiden George W. Bush mengusir duta besar Venezuela pada September 2008.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Bagi Indonesia, fenomena yg berlangsung di Venezuela sangat penting, karena sejak 1999 konstitusi Indonesia memuat ketentuan yg di Venezuela dihapus melalui referendum.
Sejak 1999, Presiden/Wakil Presiden hanya bisa menjabat untuk masa jabatan paling banyak 2 kali.
Padahal pembatasan tersebut belum tentu cocok dengan sistem, tradisi dan karakter bangsa Indonesia. Walahualam.