Jakarta (ANTARA News) - PT Kratakau Steel Tbk memperkirakan nilai penjualan baja pada tahun 2009 sebesar Rp15,8 triliun, turun 20,25 persen dibanding penjualan baja tahun 2008 sekitar Rp19 triliun. Demikian diungkapkan Komisaris Utama Krakatau Steel, Taufiqurrahman Ruki, yang didampingi Dirut Fazwar Bujang, usai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis. Taufiqurrahman menjelaskan, penurunan penjualan baja tahun ini dipengaruhi antara lain daya serap pasar domestik dan ekspor yang diperkirakan menurun sebagai dampak pelemahan ekonomi global, regional serta keterbatasan likuiditas di sektor keuangan. Meningkatnya risiko usaha akibat tingginya suku bunga, melemahnya pasar modal dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta tingginya angka inflasi. Pertumbuhan ekonomi domestik yang diproyeksikan hanya 4,5 persen diperkirakan menurunkan pertumbuhan sektor konstruksi, prasarana dan manufaktur yang selama ini memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan kebutuhan baja. Krakatau juga memperkirakan meningkatnya stok produk baja di luar negeri mengakibatkan maraknya baja illegal yang menyebabkan harga pasar domestik terpuruk. Menurut Ruki, pada tahun 2008 perseroan berhasil membukukan laba bersih (unaudited) sebesar Rp462,5 miliar, meningkat 47 persen dari tahun 2007. Selama 2008 produksi baja kasar khususnya slab dan billet mencapai 1,6 juta ton. Sementara itu, Dirut Krakatau Steel, Fazwar Bujang menjelaskan, pada tahun lalu harga jual baja selama triwulan I-III terus meningkat, mengakibatkan harga jual "pellet", "pig iron", "scrap" serta "semi finished product" seperti "sponge", "slab" dan "fillet" meningkat, dan secara bersamaan diikuti meningkatkan harga beli bahan baku utama industri baja. "Memasuki triwulan IV 2008, harga turun tajam dipengaruhi merosotnya harga minyak dan krisis keuangan global yang memicu turunnya permintaan baja serta lemahnya daya beli konsumen," kata Fazwar. Ia menjelaskan, pada tahun 2009 perseroan menargetkan volume produksi setidaknya sama dengan tahun sebelumnya, namun disesuaikan dengan permintaan. Terkait krisis ekonomi global yang diperkirakan dapat mengancam industri manufaktur dan industri baja serta industri penunjang, Fazwar berpendapat akan mempengaruhi operasional perusahaan baja. Menyikapi kondisi tersebut, Krakatau Steel mengimbau pemerintah tetap tidak bersikap proteksionis, tetapi harus melakukan langkah yang berpihak kepada industri dan masyarkat, terutama buruh. "Melanjutkan pembangunan infarstruktur dengan mewajibkan penggunaan produk dalam negeri, sepanjang industri dalam negeri masih mapu memproduksi komponen-komponen itu," kata Ruki. Pemerintah, diutarakan Ruki, juga harus menerapkan tata niaga impor terhadap produk-produk tertentu, yang dilakukan secara resiprokal termasuk menetapkan tarif bea masuk dan persyaratan-persyaratan tertentu sebelum dilekuarkan izin impor, antara lain rekomendasi dari produsen dan asosiasi produsen. "Pemerintah juga perlu membuat kebijakan stimulus kepada indsutri baja dan indsutri manufaktur yang berbasis baja, serta mengimbau pemerintah bersikap tegas terhadap impor illegal produk baja dan produk berbasis baja," tegas Ruki. Jika imbauan-imbauan tersebut dijalankan pemerintah, maka Komisaris meyakini akan tercipta kondisi usaha yang kondusif dan dapat menghindari pemutusan hubungan kerja.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009