Pasti ada dampaknya, beberapa proyek kami jadi mengalami penundaan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bukit Asam Arviyan Arifin menegaskan bahwa adanya wabah Virus Corona tidak mempengaruhi ekspor batu bara yang dikirim ke negara-negara terdampak.

“Saya kira tidak ada pengaruh, bahkan mungkin kalau ekspor bisa saja kemungkinan meningkat, namun itu asumsi saja,” kata Arviyan di Jakarta, Rabu ketika menggelar konferensi pers capaian perusahaan.

Asumsi kenaikan ekspor adalah negara-negara terdampak seperti China ada kemungkinan terjadi penurunan produksi sehingga membutuhkan impor batu bara untuk pemenuhan energi.

Dalam upaya impor tersebut, menurutnya, bisa jadi potensi peningkatan permintaan stok kepada Indonesia. “Corona ini ada dampak memang, tapi kan listrik tetap saja menyala, sehingga tetap membutuhkan batu bara,” katanya.

Kemudian, sejauh ini ia menjelaskan bahwa negara-negara pembeli batu bara dari Indonesia sejauh ini tidak ada proses pembatalan pembelian, namun catatan peningkatan ekspor juga belum terlihat secara statistik.

Baca juga: Harga naik, ekspor batu bara ke China tak terpengaruh Virus Corona

Dampak lainnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan bahwa penundaan rencana penandatanganan final perjanjian kerja sama pembangunan gasifikasi untuk PTBA di Amerika Serikat terjadi akibat wabah Virus Corona baru (Covid 19).

Dia mengatakan bahwa rencana penandatanganan itu masih melanjutkan program yang lama, dan saat ini sudah masuk tahap akhir yakni tahap eksekusi.

Selain rencana penandatanganan tersebut, menurut Dirut PT Bukit Asam itu, sejumlah proyek lain juga tertunda akibat terdampak wabah Virus Corona.

"Ini musibah internasional, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pasti ada dampaknya, beberapa proyek kami jadi mengalami penundaan," kata Arviyan Arifin.

Sebelumnya Amerika Serikat memutuskan menunda pertemuan dengan para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara yang dijadwalkan pada 14 Maret akibat kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona.

Baca juga: Bukit Asam siapkan dana investasi Rp4 triliun pada 2020
 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020