Washington (ANTARA News) - Teleskop Fermi milik badan antariksa AS telah mendeteksi ledakan besar di antariksa, yang menurut para ilmuwan merupakan ledakan sinar Gamma terbesar yang pernah terdeteksi, sebuah laporan yang dipublikasikan Kamis dalam Science Express menyatakan. 
    
Ledakan spektakuler itu, yang terjadi pada September di konstelasi Carina, menghasilkan energi yang berkisar 3.000 hingga lebih lima juta kali dari cahaya yang terlihat, kata para pakar astrofisika. 
    
"Cahaya terlihat memiliki energi berkisar antara dua dan tiga elektron volt," kata astrofisikawan Frenk Reddy dari badan antariksa AS, NASA, kepada AFP. 
    
"Jika Anda memikirkannya dalam energi, sinar-X jauh lebih kuat karena mampu menembus materi. Karena itu, mengapa kita dapat melihatnya dari jarak yang jauh sekali," ujar Reddy.

Sebuah tim yang dipimpin Jochen Greiner dari Institut Max Planck bagi Fisika Ekstraterestial di Jerman memastikan ledakan besar sinar-Gamma itu terjadi 12,2 miliar tahun cahaya jauhnya. 

Jarak dari Bumi ke Matahari delapan menit cahaya atau sekitar 144 juta kilometer, dan ke Pluto 12 jam cahaya. 
    

Lebih kuat ketimbang supernova

Dengan memperhitungkan sangat jauhnya jarak ledakan dari Bumi, para ilmuwan berkesimpulan bahwa ledakan tersebut lebih kuat ketimbang 9.000 supernova, yakni ledakan kuat yang terjadi pada akhir masa kehidupan sebuah bintang. 

Dan gas yang menyembur memancarkan sinar Gamma yang bergerak dengan kecepatan hampir menyamai cahaya.

"Daya ledakan kuat ini dan kecepatannya merupakan yang paling ekstrim hingga sejauh ini," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan Departemen Energi (DoE) AS.

Ledakan sinar Gamma merupakan ledakan paling terang di jagad raya, yang menurut para astronom berlangsung ketika bintang-bintang besar kehabisan bahan bakar nuklirnya dan kemudian runtuh.  

Ledakan yang berlangsung lama, yakni lebih dari dua detik, terjadi pada bintang besar yang mengalami keruntuhan, sedangkan ledakan yang lebih singkat, yaitu kurang dari dua detik, terjadi pada bintang yang lebih kecil.

Dalam ledakan-ledakan singkat sinar Gamma, bintang-bintang hanya meledak dan membentuk supernova, namun pada ledakan yang lama, sebagian besar bintang intinya runtuh dan membentuk lubang hitam.

Mempelajari berbagai ledakan sinar Gamma akan memungkinkan para ilmuwan "mengambil contoh sebuah bintang pada kejauhan, tempat kita bahkan tak bisa melihat berbagai galaksi dengan jelas," kata Reddy.

Para astrofisikawan memperkirakan terdapat ratusan miliar galaksi di jagad raya ini. Teleskop antariksa sinar Gamma Fermi dikembangkan oleh NASA, berkolaborasi dengan DoE dan para mitra, termasuk berbagai lembaga akademis di Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Swedia dan AS. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009