Jakarta (ANTARA News) - Penjualan kamera digital turun hingga 40 persen akibat turunnya daya beli masyarakat pasca krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia saat ini. Supervisor Olympus, salah satu merek kamera digital, Hendy, pada pameran Mega Bazaar Computer dan Focus 2009, di Jakarta, Jumat, mengaku bahwa penjualan pasca krisis ekonomi menurun walaupun kenaikan harga tidak terlalu tinggi. "Sekarang penjualan kami per bulan hanya mencapai 1.000 unit, turun kira-kira 40 persen dari sebelum krisis," kata pegawai dari distributor Olympus tersebut. Ia berpendapat bahwa turunnya angka penjualan bukan akibat kenaikan harga, melainkan turunnya daya beli masyarakat. "Harga hanya naik sekitar lima persen, tetapi daya beli masyarakat turun. Akibatnya orang tidak terlalu berminat untuk membeli kamera digital," katanya. Hendy menjelaskan bahwa kamera yang banyak digemari pembeli akhir-akhir ini adalah kamera saku dengan kisaran harga di bawah Rp2 juta per unit. "Kamera saku lebih banyak diminati oleh para pembeli. Mungkin karena harganya yang cenderung lebih murah. Kamera saku yang banyak dicari yang harganya di bawah dua juta rupiah," katanya. Ia juga menambahkan perbandingan penjualan kamera saku dengan kamera SLR rata-rata per bulannya adalah 70 berbanding 30 persen. Kenaikkan harga kamera SLR, kata dia, sekitar tujuh persen, sedangkan kamera saku berkisar antara 3-5 persen. "Bedanya cukup jauh antara penjualan kamera saku dengan kamera SLR. Bisa mencapai 70:30 persen, penjualan kamera saku mendominasi. Kenaikkan harga kamera saku juga tidak terlalu tinggi," katanya. Hendy memprediksi bahwa ia sanggup mencapai angka penjualan hingga 100 unit dalam pameran ini dengan asumsi akhir minggu pengunjung yang datang akan bertambah. "Kemarin angka penjualan berkisar antar 30-40 unit. Biasanya akhir pekan lebih ramai. Mungkin angka penjualan bisa mencapai 100 unit sampai pameran berakhir," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009