Jakarta (ANTARA News) - Penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing atau "global bond" akan semakin mempersulit Indonesia lepas dari asing.

"Ini justru membuat Indonesia semakin sulit melepaskan diri kepada pihak asing," kata pengamat ekonomi independen, Icshanudin Noorsy pada ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, penjualan obligasi ini justru lebih parah dibanding langkah Filipina yang menjual obligasinya tujuh persen per tahun.

Noorsy beranggapan bahwa penjualan SUN valas tersebut jelas-jelas akan membebani APBN di masa mendatang, mengingat hanya bagian kecil saja yang dibeli oleh Indonesia.

Sebelumnya Kepala Biro Humas Departemen Keuangan (Depkeu), Harry Z Soeratin mengatakan, transaksi itu merupakan penawaran surat utang terbesar di Asia sejak awal 2009 dan merupakan penerbitan terbesar yang pernah dilakukan oleh pemerintah RI.

Transaksi ditawarkan ke lebih dari 200 investor untuk masing-masing "tranches" dan menghasilkan kelebihan permintaan sebesar 2,4 kali atau 7,25 miliar dolar AS.

Secara geografis, "tranches" lima tahun didistribusikan sebanyak 55 persen ke wilayah Asia, 18 persen ke Eropa, dan 27 persen ke AS.

Sementara untuk tranche 10 tahun, didistribusikan sebanyak 30 persen ke wilayah Asia, 20 persen Eropa dan 50 persen ke AS.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009