(ANTARA News) - Waktu di telepon genggam milik seorang rekan wartawan menunjukkan pukul 17.03 WIB --tepatnya 18.03 WITA, karena kala itu dia sedang berada di Kalimantan Timur-- saat sebuah pesan singkat dari customer service provider yang digunakan, masuk.

Isi pesan tertulis, "...customer, Welcome to Malaysia. If you need our assistance just dial .... Have a pleasant trip!"

Setelah berlayar sekitar empat jam tiga puluh lima menit dari Kota Tarakan menuju Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, tanpa sinyal dari provider langganan pesan singkat itulah yang diterima si pemilik telepon genggam.

"Wah kita sudah sampai di Sebatik ya?" teriak si penerima pesan singkat tersebut.

Mengikuti perjalanan kapal pengawas Hiu Macan 003 milik Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang awalnya ingin mengetahui tepat tidaknya pukat hela atau "trawl" dioperasikan perairan Kalimantan Timur bagian Utara ternyata penulis menemukan kenyataan lain yang juga menarik.  

Layanan provider sebagai bagian kemajuan teknologi telekomunikasi ternyata menjadi pagar betis di wilayah perbatasan yang lebih praktis sebagai penanda.

Satu jam kemudian pada pukul 18.02 WIB yang berarti 19.02 WITA, saat kapal pengawas Hiu Macan 003 benar-benar berada di perairan sekitar Sebatik, sebuah pesan singkat kembali diterima.

Pesan singkat itu tertulis, "DiGi welcomes you to Malaysia, we wish you a pleasant stay! To make calls, dial +".

Sesaat setelah pesan singkat diterima tampak kapal bewarna coklat muda berkecepatan tinggi mengarah ke kapal pengawas Hiu Macan 003.

"Kapal TNI tuh," ujar wartawan lainnya.  

Namun, karena tidak yakin, para wartawan dari televisi swasta mengarahkan kameranya kepada kapal yang berukuran lebih kecil dari kapal pengawas DKP tersebut.

Dan ternyata kapal bewarna coklat muda tersebut adalah kapal pengawas dari Malaysia.

Beberapa detik kemudian, sebuah pesan pendek kembali diterima oleh telepon genggam yang sama, "For more travel info, contact Tourism Malaysia ! 1300885050. Stay with DiGi for the hottest IDD & roam rates in town".

Ternyata, kapal pengawas DKP telah memasuki perairan Malaysia. Tidak heran kapal pengawas Malaysia dengan kekuatan cepat mengarahkan senjatanya mendekati kapal Hiu Macan 003.

Beruntung beberapa kapal-kapal cepat kecil milik TNI AL, Polair, PPNS DKP, menyambut kehadiran Hiu Macan 003.  

Layanan tak sempurna

Setelah terjadi sedikit ketegangan akibat kapal pengawas Hiu Macan 003 kandas di perairan Malaysia akibat terkena pasang, akhirnya rombongan dapat mendarat dengan bantuan kapal-kapal kecil cepat milik TNI AL, Polair, dan DKP.

Cuaca yang gelap menyambut rombongan dari Tarakan dan Jakarta saat berjalan di atas dermaga kayu yang panjangnya sekitar 1,3 km di Pos TNI AL Sungai Pancang, Sebatik, menuju daratan.

Semakin jauh menembus daratan semakin tidak sempurna pula layanan  telepon genggam teman-teman wartawan yang menggunakan layanan berbagai provider.

Pesan singkat dapat diterima tapi jangan berharap ada layanan GPRS, EDGE, apalagi 3G yang sempurna "menghampiri" telepon genggam.

Semua layanan tersebut baru dinikmati saat rombongan kembali ke Pos TNI AL Sungai Pancang. Dan semakin sempurna saat telepon genggam kembali mendekati batas perairan teritorial.

Dari layanan sempurna itu pula berbagai iklan 'tourism' gencar dilayangkan oleh provider di Negeri Jiran. Hal semacam ini juga dilakukan provider dari Singapura maupun Thailand.

Kemajuan teknologi berupa layanan telekomunikasi yang sempurna memang dapat menjadi andalan di perbatasan. Terlebih lagi bagi negara kepulauan seperti Indonesia.

Layanan telekomunikasi itu tidak hanya sebagai "penjaga" perbatasan, tetapi juga sekaligus menjadi media untuk mengiklankan pariwisata.(*)

Oleh oleh Virna Puspa Setyorini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009