Kabul (ANTARA News/AFP) - Penyelidikan bersama pasukan internasional pimpinan NATO dan pihak berwenang Afghanistan menyimpulkan bahwa delapan warga sipil tewas selama pertempuran dengan gerilyawan belum lama ini di wilayah selatan.

Kematian warga sipil merupakan masalah yang sangat sensitif di Afghanistan dimana sekitar 70.000 prajurit asing ditempatkan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontak.

Jatuhnya korban tewas sipil selama operasi militer asing menjadi sumber utama perselisihan antara Washington dan Kabul.

Dalam sebuah pernyataan bersama, Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO dan pemerintah provinsi Helmand mengatakan, 17 warga sipil juga cedera dalam pertempuran 23 Februari yang meletus ketika pasukan patroli ISAF diserang.

Menurut pernyataan itu, pasukan ISAF "membela diri ketika serangan terus berlangsung selama beberapa jam".

"Dengan menyesal, akibat dari pertempuran ini, delapan warga sipil tewas dan 17 orang cedera," katanya. "Juga ada korban di pihak musuh."

Pernyataan itu menambahkan, ISAF terlah menyetujui permintaan dari pemerintah provinsi Helmand untuk memberikan "pelayanan dan bantuan finansial" kepada korban dalam bentrokan itu, yang terjadi di distrik Sangin.

"Mereka (warga sipil) tewas terkena tembakan dari helikopter-helikopter ISAF," kata Daud Ahmadi, jurubicara pemerintah Helmand, kepada AFP, dengan menambahkan bahwa pasukan itu juga menggunakan artileri selama pertempuran tersebut.

Menurut laporan PBB belum lama ini, lebih dari 2.000 warga sipil tewas dalam kekerasan pada 2008, tahun paling mematikan di Afghanistan sejak invasi pimpinan AS pada 2001.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Tahun lalu Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Sekitar 2.000 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun itu.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO.

Belasan prajurit internasional tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban tewas di pihak pasukan asing di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009