Hongkong (ANTARA News/Reuters) - Harga saham di bursa efek Asia, Jumat, terjun mengikuti Wall Street yang mengalami tekanan terdalam pada 12 tahun terakhir menyusul isu General Motor akan mengajukan pailit ke pengadilan sekaligus menandai bahaya basar pada perusahaan-perusahaan dan sistem perbankan AS.

Saham-saham di bursa dunia tertekan ke posisi terendah dalam enam tahun terakhir setelah indeks Nikkei Jepang jatuh sekitar tiga persen di awal perdagangan dimana pukulan terdalam dialami oleh perusahaan-perusahaan eskportir dan bank-bank di negeri itu.

Namun secara umum bursa saham Asia masih lebih baik performanya ketimbang bursa saham AS dan Eropa, sebagian besar berkat harapan yang masih tersembul mengenai bakal diluncurkannya paket belanja stimulus 585 miliar dolar AS oleh China untuk mengatasi dampak buruk limbungnya ekspor.

Indeks MSCI untuk saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,9 persen, yang masih lebih baik ketimbang anjloknya indeks S&P 500 di Wall Street sampai 4,3 persen sehari sebelumnya.

Harga saham di bursa Australia juga terhempas 1,8 persen, sedangkan indeks saham Korea Selatan tersungkur 1,2 persen.

Membahananya sentimen jual di pasar saham utama ini terjadi setelah munculnya laporan tingkat angkatan kerja di AS yang memperkirakan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam akan memecat 648 ribu karyawan Februari ini sehingga angka pengangguran melonjak ke posisi tertinggi dalam 25 tahun terakhir pada 7,9 persen.

"Data pengangguran yang dirilis nanti malam tidak akan mengesankan. Semua hal tidak akan bisa pulih dengan segera," kata Lucinda Chan, direktur divisi pada Macquarie Private Wealth di Sydney.

Sementara itu, dolar AS tertekan terhadap mata uang-mata uang kuat, sehingga beberapa kalangan yang memperoleh untung dari kejatuhan harga saham, mengalihkan portofolio modalnya ke dalam mata uang AS yang dianggap aman.

Indeks dolar, satu parameter untuk mengukur kinerja mata uang AS ini terhadap enam mata uang utama dunia, turun 0,1 persen menjadi 89,019, namun sempat mencapai puncak tertinggi dalam tiga tahun terakhir minggu ini.  Sementara terhadap yen, dolar AS menguat 0,3 persen di posisi 98,35 yen.

Dalam soal energi, harga minyak terpompa naik setelah amblas empat persen Kamis kemarin, mengikuti kekhawatiran menurunnya permintaan akibat resesi global yang bertambah parah telah membuat harga kontrak minyak mentah AS naik 26 sen menjadi 43,87 dolar AS per barel.

Aksi beli untuk mengamankan investasi ini mendorong turunnya "yield" obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun yang selama ini menjadi acuan, menjadi 1,5 basis poin ke posisi 1,295 persen.

Sebaliknya, "yield" obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang harganya turun 7/32, naik dua basis poin di akhir perdagangan kemarin menjadi 2,839 persen.

Sementara harga emas naik tipi menjadi 930,65 dolar AS per ons setelah sempat naik lebih dari dua persen di sesi sebelumnya, akibat pengalihan modal saham ke investasi berkualitas seperti emas, disamping karena investor melihat potensi untung dengan memegang materi berwarna kuning ini.  (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009