Lamongan (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia siap eksport satu juta ton beras pada tahun 2009, bahkan kesiapan itu tidak akan terpengaruh banyaknya lahan pertanian yang mengalami puso akibat banjir di beberapa daerah.

"Target tahun 2009 sebanyak 40 juta ton beras masih bisa diwujudkan, sehingga eksport bisa dilakukan," kata Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Departemen Pertanian RI, Sutarto Ali Muso, saat panen raya padi hibrida di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Jumat.

Di sela-sela panen raya itu, Sutarto Ali Muso mengungkapkan pemerintah menargetkan bisa panen 63,5 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 40 juta ton beras untuk tahun 2009.

"Jika target itu bisa diwujudkan, maka ekspor satu juta ton beras tidak akan mengganggu cadangan beras nasional dan cadangan akan aman hingga tahun 2010," katanya.

Kendati banjir melanda beberapa wilayah pertanian di Indonesia, katanya, hal itu tidak akan berpengaruh secara nasional.

"Hujan lebat juga diperkirakan masih akan terjadi hingga awal Maret, tapi secara keseluruhan (padi) yang puso sampai saat ini mencapai 66 ribu hektare. Tahun lalu justru lebih besar hingga mencapai 100 ribu hektare," katanya.

Untuk korban banjir, katanya, pemerintah sudah menyiapkan bibit bantuan bagi petani, bahkan bantuan pupuk kemungkinan juga ada.

"Saat ini, CBN (cadangan bibit nasional) tersedia sejumlah 30 ribu ton bibit, atau setara untuk 1,5 juta hektare lahan pertanian," katanya.

Untuk padi hibrida, ia mengatakan produksi memang sudah cukup memuaskan, seperti di Modo yang dapat mencapai 12 ton per hektare.

"Tapi, memang ada kelemahan yang harus kita atasi, yakni masalah harga yang masih tinggi. Untuk masalah harga bisa diatasi jika nanti sudah diproduksi di dalam negeri, alias tidak impor lagi," katanya.

Selain itu, katanya, benih hibrida juga masih memerlukan sedikit adaptasi dengan iklim tropis di Indonesia, karena benih itu berasal dari daerah subtropis.(*)
   

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009