Kabul (ANTARA News/AFP) - Pasukan koalisi pimpinan AS di Afghanistan menyatakan, Minggu, mereka membunuh dua polisi dalam penembakan yang tidak disengaja selama operasi serangan terhadap gerilyawan Taliban di daerah timurlaut Kabul.

Penembakan itu terjadi ketika polisi Afghanistan menembaki pasukan yang melakukan operasi "untuk mengacaukan kepemimpinan senior Taliban dan jaringan penyerang bunuh diri mereka" pada Jumat malam, kata pasukan itu dalam sebuah pernyataan.

"Dua anggota Kepolisian Nasional Afghanistan (ANP) tewas ketika mereka terlibat dalam bentrokan dengan patroli gabungan Afghanistan dan Pasukan Koalisi di provinsi Kapisa pada Jumat larut malam," katanya.

Pernyataan itu mengatakan, pasukan mengetahui ada sebuah pos pemeriksaan polisi di daerah berdekatan dan berusaha mengidentifikasi diri mereka sebagai pasukan sahabat ketika mereka diserang tembakan.

Meski upaya-upaya pengenalan diri dilakukan, termasuk dengan melibatkan seorang penterjemah untuk menghubungi individu di Pashtu, ANP tetap menembaki patroli itu, tambah pernyataan tersebut.

Jurubicara pasukan AS di Afghanistan Kolonel Greg Julian mengungkapkan penyesalan atas insiden tersebut.

"Saya sangat sedih atas kematian ini dan menyampaikan rasa duka kepada keluarga polisi-polisi yang tewas dalam insiden ini," katanya.

Banyak insiden yang melibatkan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO dan pasukan koalisi pimpinan AS yang menewaskan aparat keamanan dan warga sipil Afghanistan.

Pada 10 Desember, pasukan Amerika yang menyerang tempat persembunyian Taliban membom sebuah pos polisi Afghanistan di wilayah selatan negara itu, menewaskan enam polisi dan seorang warga sipil.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Tahun lalu Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun itu.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO.

Sudah lebih dari 50 prajurit internasional tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini, sebagian besar akibat serangan-serangan, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009