Seoul (ANTARA News)- Pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan (Korsel) pada hari Senin memulai latihan militer tahunan. Hal itu ditanggapi Korea Utara (Korut) dengan menyiagakan pasukan dalam kesiapan tempur penuh.

Korut, yang sedang bersiap-siap untuk melakukan ujicoba peluncuran rudal balistik jarak paling jauhnya, juga mengatakan pihaknya akan menganggap penembakan jatuh setiap roketnya sebagai aksi perang.

Militer Korut dalam satu pernyataan mengatakan pelatihan itu adalah satu "provokasi" yang hanya dilakukan " menjelang satu perang", dan memutuskan hubungan telepon langsung dengan militer Korsel.

Pyongyang secara reguler menuduh AS dan Korsel berniat agresif sebelum pelatihan itu, yang diselenggarakan selama bertahun-tahun tanpa insiden penting.

Tetapi media Korut berkomentar lebih keras menyangkut pelatihan ini, yang dilakukan saat Pyongyang sedang melakukan persiapan untuk melakukan ujicoba peluncuran rudal Taepodong-2 dan pada saat spekulasi tentang kesehatan yang memburuk pemimpin Korut Kim Jong Il.

Korut berulang ulang mengatakan mereka akan meluncurkan satelit sebagai bagian dari satu program angkasa untuk tujuan damai.

"Penembakan terhadap satelit untuk tujuan damai itu sama artinya satu perang," kata seorang jurubicara Tentara Rakyat Korut dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita Korut KCNA.

Pekan lalu negara itu mengatakan pihaknya tidak dapat menjamin keselamatan pesawat sipil Korsel yang terbang dekat wilayah udaranya. Ancaman itu memaksa beberapa maskapai penerbangan mengalihkan rute mereka.

Pelatihan militer itu menurut rencana akan berlangsung sampai 20 Maret, dan lebih lama serta berskala lebih besar ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Tujuan pelatihan itu adalah untuk menguji kesiapan pertahanan pasukan AS dan Korsel menjelang pengalihan komandan masa perang dari AS kepada militer Korsel dalam beberapa tahun ke depan.

Pasukan dimobilisasi di seluruh Korsel, termasuk Marinir yang akan melakukan pelatihan dengan peluru tajam di utara Seoul, kurang dari dua jam perjalanan mobil dari Korut. Sebuah kapal induk AS akan ikut serta dalam pelatihan itu, kata militer AS.

Korsel mendesak tetangganya itu untuk segera membuka kembali hubungan telepon militer langsung.

Korsel, Jepang dan AS mengatakan mereka melihat tidak ada perbedaan antara peluncuran satu satelit dan rudal karena mereka menggunakan teknologi yang sama dan roket yang sama. Korut dilarang melakukan peluncuran satu rudal balistik berdasarkan sanksi-sanksi AS.



Dukungan 100 persen

Sementara itu rakyat Korut, Minggu memberikan suara mereka dalam pemilu yang diawasi ketat bagi satu parlemen baru dan Kim Jong Il terpilih kembali sebagai anggota parlemen dengan 100 persen suara dukungan dari daerah pemilihannya di Pyongyang, kata KCNA.

Tidak ada hasil-hasil lain diumumkan tetapi kantor berita Korsel Yonhap memberitakan putra bungsu Kim, Kim Jong un, ikut mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen itu. Itu merupakan tanda tampilnya Kim Jong un sebagai kemungkinan pengganti Kim Jong Il.

Yonhap sebelumnya memberitakan Kim yang kini berusia 67 tahun menunjuk Kim Jong un sebagai penggantinya.

Di Seoul, utusan khusus AS untuk Korut, Stephen Bosworth, sedang melakukan perundingan dengan para pejabat Korsel tentang bagaimana untuk memulai kembali perundingan untuk mengakhiri program senjata nuklir Korut. Bosworth kini sedang melakukan kunjungan ke ibukota-ibukota negara Asia Utara.

Perundingan enam negara yang bertujuan untuk membujuk Korut melaksanakan perjanjian perlucutan senjata nuklirnya telah dilakukan selama beberapa tahun .

Kedua Korea secara teknis masih dalam perang dan menggelar sekitar satu juta tentara dekat perbatasan masing-masing di Zona Demiliterisasi yang membagi dua semenanjung itu sejak Perang Korea tahun 1950-1953 berakhir melalui gencatan senjata bukan dengan perjanjian perdamaian.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009