Brisbane (ANTARA News) - Penanganan jenazah Tonni Musa Sirait, warga negara Indonesia yang meninggal di tempat kerjanya di Sydney 22 Februari lalu setelah merantau di kota itu selama 15 tahun dengan hanya berbekal visa kunjungan tiga bulan, membawa konsekuensi biaya yang tidak kecil bagi keluarganya di Tanah Air.

"Kita akan berusaha sebaik mungkin membantu keluarga mendiang Tonni tapi kita juga berharap keluarga ikut membantu kita (konsulat)," kata Sekretaris I/Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney Edy Wardoyo kepada ANTARA News yang menghubunginya dari Brisbane, Senin.

Pihak kepolisian New South Wales (NSW) sudah meminta KJRI Sydney segera memberitahu pihak keluarga dan menghubungi funeral service (perusahaan pelayanan pemakaman-red.) namun pihaknya masih mencari funeral service dan kargo termurah yang mau menangani jenazah Tonni hingga pengiriman ke Jakarta.

Edy mengatakan, pihaknya memperkirakan biaya penanganan dan pengiriman jenazah berkisar antara 3.500 dan 4.000 dolar Australia atau sekitar 30 juta rupiah. Total pengeluaran tersebut diperlukan untuk pengiriman jenazah sebesar 1.000-1.500 dolar dan funeral service 2.500 dolar Australia.

Opsi mengirim jenazah Tonni ke Tanah Air (Jakarta-red.) itu membawa konsekuensi biaya yang juah lebih murah dibandingkan jika jenazah dikubur di Sydney. "Kalau dikuburkan di Sydney, biayanya bisa mencapai sepuluh ribu dolar Australia atau lebih dari tujuh puluh juta rupiah," kata diplomat senior ini.

Selain dua opsi tersebut, pilihan terakhir yang tersedia adalah "kremasi" dengan biaya sekitar 2.500 dolar Australia. Sejauh ini, pihaknya berusaha mendapatkan funeral service termurah di Sydney namun pihaknya akan kembali menghubungi pihak keluarga Tonni untuk mengetahui opini mereka, kata Edy.

Hingga akhir hayatnya sejak merantau ke Sydney tahun 1994 dengan hanya berbekal visa kunjungan tiga bulan, Tonni Musa Sirait bekerja apa saja untuk bisa bertahan hidup, termasuk menjadi pelayan honorer di sejumlah restoran dan kafe di kawasan Paddington, katanya.

Selama 15 tahun merantau itu, Tonni tidak memiliki barang-barang berharga apapun selain uang tunai senilai 50 dolar Australia sebelum ia meninggal di tempat kerjanya 22 Februari lalu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009