Den Haag, Belanda (ANTARA News) - "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya," demikian dua kalimat syahadat yang diucapkan Stefan Kruger (25), warga Groningen, Belanda, di hadapan ustadz Ludo Jongmas (50) di Mesjid Al-Hikmah, Den Haag, Sabtu (7/3). Sebelum mengucapkan dua kalimah syahadat, Stefan mengaku bahwa dia tidak dipaksa oleh siapa pun untuk memeluk agama Islam. "Selain ingin mengetahui Islam lebih jauh lagi, saya juga ingin menikah dengan seorang muslimah asal Indonesia," katanya. Kalimah syahadah itu, diucapkannya secara terbata-bata hingga harus diulang beberapa kali. Sesekali sang ustadz tersebut bertanya juga kepada jamaah mesjid soal sah tidaknya lafaz syahadat yang diucapkannya itu. Sebanyak tiga kali, syahadat itu diucapkan hingga akhirnya Stefan alias Safwan (nama Islam-nya) mendapatkan ucapan selamat dan pelukan dari jamaah muslim lainnya di mesjid tersebut. Menurut Ketua Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME), Aman Sulchan, setiap bulan, ada saja orang Belanda yang menyatakan keinginannya mengucapkan dua kalimah syahadat alias memeluk agama Islam. Mereka ini disebut muallaf. "Rata-rata, sekali sebulan, ada yang masuk Islam, bahkan lebih dari dua orang," ujar Aman. Pada umumnya, mereka dilandasi karena ingin menikahi wanita Islam, bahkan ada pula yang benar-benar ingin mempelajari Islam secara mendalam. Tidak sedikit di antara mereka yang lebih fanatik setelah mendalami ajaran Islam dibandingkan dengan mereka yang sudah memeluk agama ini sejak lahir. Diperkirakan, jumlah orang Belanda yang masuk Islam setiap tahun mencapai sekitar ratusan orang. Menurut Aman, meski saat ini banyak orang yang menghina Islam, khususnya politisi Belanda yang sering mengambil isu Islam dalam kampanye mereka, hal tersebut malah memberikan keuntungan di mana banyak orang-orang yang lebih tertarik untuk mempelajari Islam. Sejak kasus terbunuhnya Van Coch, kata Aman, jumlah masyarakat Belanda yang masuk Islam, semakin banyak. Van Coch dibunuh oleh warga muslim Belanda asal Maroko, Muhammad Buyeri pada November 2004. Tragedi ini terjadi karena Van Coch telah menghina Islam. Penghinaan terhadap Islam kembali terjadi, dilakukan Geert Wilders, politisi Belanda yang secara sengaja menghina Islam untuk memperoleh suara terbanyak. Secara terang-terangan, Wilders mengatakan bahwa Islam adalah bahaya terbesar yang akan mengancam Belanda dan kemanusiaan. Namun, kata Aman, kondisi seperti ini malah memberikan keuntungan kepada Islam, karena justru sebaliknya, banyak orang-orang Belanda yang berminat mempelajari ajaran ini. Koordinator Nasional untuk pemberantasan terorisme di Belanda, Tajeb Gostra seperti yang dikutip dari Reuters, mengatakan bahwa di Belanda, banyak anak muda yang cenderung memeluk agama Islam. Menurut dia, ada sejumlah faktor yang mendorong percepatan jumlah kaum muslimin di negeri Kincir Angin itu. Di kalangan elite warga ibukota Belanda, katanya, ada sekitar 60 persen tidak meyakini satu pun agama. "Itulah sebabnya, banyak gereja dan yayasan-yayasan agama umat Nasrani tutup atau menjual aset-aset mereka, lantaran kian merosotnya jumlah jamaat mereka," ujarnya. Sebaliknya, banyak pengamat percaya bahwa saat ini agama Islam sedang menyebar dengan cepat, karena kalangan Muslim sangat respek terhadap ajaran Islam dibandingkan dengan para pemeluk agama lainnya. Oleh karena itu, tidak heran, bahwa setiap bulan ada saja orang Belanda, atau warga negara lain yang bermukim di sana, menjadi muallaf.(*)

Oleh Oleh Rahma Saiyed
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009