Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - Hamas hari Kamis menyatakan menentang penembakan roket dari Gaza ke Israel untuk saat ini dan berjanji memburu orang-orang yang melakukan hal itu.

Pernyataan tersebut disampaikan ketika Israel dan gerakan garis keras yang menguasai Jalur Gaza itu melakukan perundingan yang ditengahi Mesir mengenai gencatan senjata yang bisa bertahan dan pertukaran tahanan.

"Gerakan perlawanan (Hamas) tidak memiliki kaitan dengan roket-roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza" dalam beberapa hari terakhir ini, kata kementerian dalam negeri yang dikendalikan Hamas.

"Penembakan-penembakan ini dilakukan pada satu masa yang buruk," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, yang berjanji "menindak mereka yang bertanggung jawab" atas serangan-serangan tersebut.

Minggu, seorang pemimpin Jihad Islam mengatakan kepada AFP, 10 anggota kelompok tersebut ditangkap oleh Hamas dan dipaksa menandatangani sebuah kesepakatan untuk tidak menembakkan roket ke Israel.

Mesir menengahi pembicaraan dalam upaya mengubah gencatan senjata yang dideklarasikan secara terpisah oleh Israel dan Hamas menjadi gencatan senjata yang bisa bertahan.

Perundingan itu juga dimaksudkan agar Gilad Shalit, seorang prajurit Israel yang ditangkap oleh pejuang Gaza pada Juni 2006, bisa ditukar dengan ratusan orang Palestina yang ditahan Israel.

Meski kedua pihak telah mengumumkan gencatan senjata pada Januari yang mengakhiri ofensif besar-besaran di Gaza, kekerasan masih berlangsung secara sporadis antara Israel dan Palestina.

Lebih dari 120 roket ditembakkan dari jalur pesisir Palestina itu sejak gencatan senjata diberlakukan pada 18 Januari setelah ofensif tiga pekan Israel.

Pasukan Israel biasanya membalas penembakan roket Palestina dengan serangan-serangan udara terhadap terowongan-terowongan penyelundup di perbatasan Gaza-Mesir.

Pasukan Israel berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember, dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.

Angkatan udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.

Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari dan sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada 21 Januari.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009