London (ANTARA News/AFP) - Theo Walcott mungkin saja jumawa saat mengatakan langkah Arsenal maju ke perempatfinal Liga Champions seolah telah memenangkan final Piala Dunia, tapi memang sedikit orang yang membantah bahwa sukses menaklukan AS Roma adalah momentum sangat berharga bagi Arsenal.

Manajer Arsene Wenger, berulangkali menandaskan di semua musim kompetisi bahwa tak ada yang bisa menggoyahkan keyakinannya pada tim muda yang dia besarkan itu dan di Stadion Olimpico yang dikelilingi bangunan bak istana, tim muda itu membayar tuntas loyalitasnya dengan prestasi.

Kemenangan dramatis lewat adu penalti atas tim asuhan Luciano Spalletti itu tidak hanya memastikan satu tempat di babak delapan besar kompetisi elite Eropa untuk ketigakalinya dalam empat musim, tapi juga memberi isyarat pasti bahwa tim asuhan Wenger tengah berada di puncak kedewasaan.

Tantangan yang dihadapi Arsenal kini adalah mempertontonkan determinasi dan dorongan yang sama yang telah membawa mereka sukses di Roma, ke Liga Premier saat menghadapi Blackburn Rovers Sabtu nanti.

Pertemuan dengan Rovers mungkin merupakan upaya untuk segera melupakan momen telah menaklukan Kota Abadi (Roma) dengan kembali lagi memusatkan perhatian ke (stadion) Emirates.

Untuk segala dorongan positif yang membalut kebangkitan kembali mereka, awal malang Arsenal di musim kompetisi kali ini berarti tim asuhan Wenger itu masih berada di belakang Aston Villa dalam perburuan menggapai jatah keempat Inggris di Liga Champions.

Selisih poin mereka kini tiga poin dan Villa belum akan turun tanding sebelum hari Minggu saat mereka menjamu Tottenham, satu kesempatan bagi pelatih Martin O'Neill untuk mewujudkan asanya.

"Kami sepertinya terkena tuah buruk dan kini kami berharap punya mantera bagus sehingga terdorong masuk ke zona Liga Champions," kata Walcott seolah membuktikan optimisme Wenger bahwa pemainnya tidak kehilangan asa.

"Kemenangan saat melawan Roma itu menakjubkan. Untuk satu tim muda yang tidak berpengalaman menang dalam adu penalti, itu justru memperlihatkan karakter yang kami miliki di semua sudut. (Suasana) ruang ganti setelah pertandingan usai, seolah kami baru saja memenangkan final Piala Dunia.

"Atmosfernya terang sekali, meskipun terdiri dari berbagai bangsa, kami semua satu dan bagai keluarga. Mereka adalah sekumpulan bocah dengan siapa anda cocok bermain. Tetapi, hal paling penting sekarang adalah Sabtu dan Liga Primer. Kami harus berkonsentrasi ke sana dan melupakan Eropa," papar Walcott.

Jika pun ada tim lawan yang bisa membantu konsentrasi Arsenal fokus, maka itu adalah tim asuhan Sam Allardyce. Manajer Rovers ini pernah membuat Wenger marah ketika Sam menangani Bolton.

Saat itu, pelatih Arsenal yang orang Prancis ini mengkritik secara terbuka permainan otot Bolton Wanderer dan kedua orang itu lalu terlibat perang mulut di media terutama setelah Bolton berhasil menundukkan Arsenal.

Tak heran, ketika mayoritas pelatih di Liga Premier menyambut kedatangan kembali Allardyce dengan tangan terbuka saat dia menangani Ewood Park (Tottenham) Desember lalu, Wenger tidak termasuk dari para pelatih itu.

Pertemuan mereka hari Sabtu nanti sepertinya akan diawali oleh jabat tangan sangat singkat dan sangat dingin diantara mereka.

Allardyce sendiri tampak lebih nyaman kondisinya setelah kemenangan tengah minggu lalu atas Fulham yang membuat mereka aman dari zona degradasi.

Kemenangan kedua di ibukota Inggris, Sabtu nanti, akan membuatnya menjadi makin aman.

"Untuk sementara kami telah keluar dari zona degradasi. Terus melihat ke tiga terbawah (klasemen) tidak akan membantu anda, meskipun anda mewanti-wanti para pemain untuk jangan melihat kertas.

"Adalah mustahil tidak melihat itu, tidak melihat dimana anda berada, itu adalah wajah anda selamanya. Orang berbicara soal degradasi setiap kali anda di posisi itu. Kini mereka bisa melihat ke depan jika mereka mau," kata Sam Allardyce. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009