Lahore, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Pemimpin oposisi utama Pakistan Nawaz Sharif, Minggu, menentang penahanan rumah yang dijatuhkan terhadapnya dan menyatakan tekad akan memimpin aksi protes massa di ibukota, sementara polisi menembakan gas air mata dan menggiring para aktivis ke mobil-mobil penjara.

Mantan perdana menteri yang telah menjadi pemimpin politik paling populer di Pakistan itu, telah bergabung dengan kekuatan para pengacara yang mendesak Presiden Asif Ali Zardari mengaktifkan kembali para hakim yang dipecat oleh bekas pemimpin militer Pervez Musharraf.

Sharif, yang pada 25 Februari oleh Mahkamah Agung dilarang untuk melakukan kegiatan politik, memimpin protes anti-pemerintah yang akan digelar dengan aksi jalan kaki dari kota Lahore di timur ke Islamabad pada Minggu.

"Kita tidak terima keputusan ini. Penahanan rumah adalah ilegal dan tidak bermoral. Semua keputusan ini bertentangan dengan undang-undang," katanya kepada kerumunan massa.

"Mari bergabung dengan saya. Saya akan meninggalkan rumah. Sudah tiba waktunya untuk berjalan sambil berpegangan tangan," kata Sharif.

Mobil SUV Sharif begerak dari gerbang kompleks rumahnya dalam iring-iringan mobil petugas keamanan dan didampingi oleh pengawal-pengawal pribadi serta ratusan pendukungnya yang mengepalkan tangan mereka ke atas ketika iring-iringan tersebut mengalir di jalan.

Polisi belum berhasil dimintai keterangan, namum sebelumnya mengatakan bahwa Sharif dikenai tahanan rumah selama tiga hari di rumahnya di Lahore, dan tidak diperbolehkan meninggalkan rumah.

Zardari, yang menghadapi krisis politik terburuk dalam masa pemerintahannya, secara paksa menahan para aktivis dan memblokir perbatasan-perbatasan antar propinsi, langkah yang menuai kekhawatiran luas dari negara-negara Barat.

Polisi anti huru-hara sebelumnya menembakan gas air mata di Lapangan Kantor Pos Umum, tempat di mana Sharif akan bergabung dengan massa.

Tembakan gas air mata itu memaksa para demonstran lari kocar-kacir melindungi diri, demikian yang terlihat dari tayangan televisi.

Kelompok pengunjuk rasa lainnya harus menghadapi pentungan polisi sementara sejumlah warga digelandang menuju mobil-mobil penjara di di dekat rumah Sharif, di mana lebih dari 500 orang menyanyikan kata-kata "Matilah Zardari" dan "Hidup Nawaz Sharif."

Pihak kepolisian mengatakan sekitar 200 aktivis telah ditahan di Lahore, di mana pemimpim perjuangan para pengacara dan mantan menteri kabinet Aitzaz Ahsan juga ditahan sebagai upaya polisi menggagalkan rencana aksi jalan kaki di Islamabad.

Zardari, duda perdana menteri terbunuh Benazir Bhutto, telah mendapat tekanan keras dari AS untuk mengakhiri perseteruan.

Sabtu lalu, ia menawarkan konsensi --berjanji untuk melakukan banding kepada pengadilan yang melarang Sharif melakukan kegiatannya serta menjanjikan bahwa masalah "pengembalian para hakim akan diselesaikan" sesuai dengan prinsip-prinsi Piagam Demokrasi.

Dokumen yang ditandatangi oleh Sharif dan Benazir Bhutto pada tahun 2006 menjanjikan perbaikan demokrasi, menghindari konfrotasi dan mengeluarkan militer dari politik.

Ketika diminta merinci tentang kapan permohonan akan dilakukan atau bagaimana masalah hukum itu bisa diselesikan, juru bicara Zardari menolak untuk memberikan keterangan.

Pemerintah telah memblokir jalan-jalan utama dan jalan raya di seluruh negeri dengan kontainer-kontainer pelayaran serta truk-truk besar untuk mengatasi aksi-aksi protes.

Musharraf mencopot kepala pengadilan yang memiliki pemikiran independen, Iftikhar Muhmmad Chaudry, dan sekitar 60 hakim lainnya pada tahun 2007.

Musharraf disebut-sebut merasa takut dirinya akan dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk bertarung dalam pemilihan presiden karena ia masih berseragam militer.

Pencopotan itu menimbulkan protes di seluruh negeri dengan dipelopori oleh para pengacara, yang akhirnya memaksa Musharraf mundur dari jabatannya pada bulan Agustus 2008.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009