Jakarta (ANTARA News) - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai memiliki risiko besar kehilangan pemilih pada Pemilu 2009 akibat perubahan citra dari partai Islam menjadi partai terbuka.

"Mengubah citra menjadi partai terbuka, memiliki risiko yang besar, dan PKS bisa kehilangan pemilihnya," kata peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanudin Muchtady dalam acara diskusi "Gerakan Islamisme, Politik Identitas dan Suara Umat Islam dalam Pemilu 2009" di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, hasil survei LSI pada bulan Februari 2009 menunjukkan persentase jumlah pemilih PKS dari 39 daerah pemilihan di seluruh Indonesia hanya mencapai 6,1 persen atau turun 1,3 persen dibandingkan survei yang sama pada bulan November 2008.

Burhanudin berpendapat, pemilih PKS yang bukan merupakan kader partai kini banyak yang tidak loyal lagi terhadap partai berlambang bulan sabit kembar tersebut.

Pada Pemilu 2004, lanjutnya, pemilih PKS memandang partai itu memiliki nuansa baru dalam percaturan politik nasional dibandingkan dengan partai-partai lainnya.

Namun menjelang Pemilu 2009, katanya, melalui berbagai iklan politik dan pernyataan publik, PKS mencitrakan diri sebagai partai terbuka yang tidak memperlihatkan dominasi simbol-simbol Islam.

"Hal itu membuat PKS tidak lagi memiliki perbedaan citra yang mendasar dengan partai lainnya, sehingga pada Pemilu 2009 berisiko besar kehilangan pemilih," katanya.

Di sisi lain, kata Burhanudin, sejumlah partai nasionalis justru membuat organisasi sayap partai bernuansa Islam untuk menarik simpati pemilih, seperti PDIP yang membentuk Baitul Muslimin dan Partai Demokrat yang mempunyai Majelis Zikir SBY.

Senada dengan itu, pembicara utama dalam acara tersebut, Indonesianis dari Australian National University (ANU) Dr Greg Fealy mengatakan, strategi politik yang diambil PKS saat ini akan menghilangkan perbedaan PKS dengan partai lainnya.

Greg mengatakan, PKS sebagai partai yang berhaluan Islam telah memasuki proses "post Islamis" di mana citra eksklusif sebagai ciri partai Islam lambat laun ditinggalkan, sehingga keanggotaannya lebih terbuka.

Hal tersebut, lanjut dia, diperkuat oleh kesediaan PKS untuk turut beraliansi politik dengan partai-partai nasionalis.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009