Kolkata, India (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya dua orang tewas dan 16 lain cedera Rabu ketika sebuah bom meledak di kota Alipurduar, India timur, kata polisi.

Satu orang tewas di lokasi kejadian ketika bom yang dipasang di sebuah sepeda meledak di pusat perbelanjaan di kota terpencil di Benggala Barat itu, kata Inspektur Jendral Polisi Kundanlal Tamta kepada AFP di Kolkata, ibukota negara bagian tersebut.

Korban kedua tewas akibat luka-lukanya di rumah sakit, katanya.

"Itu sebuah bom yang berkekuatan besar," kata Tamta.

Tidak ada kelompok militan yang diketahui beroperasi di Benggala Barat, yang berbatasan dengan Negara Bagian Assam yang dilanda pemberontakan dimana kelompok-kelompok etnik dan suku seringkali menggunakan sepeda untuk melancarkan serangan bom semacam itu.

Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawan atas ledakan di Alipurduar itu, kata Tamta.

Rabu, badan keamanan dalam negeri India memperingatkan bahwa para politikus tingkat tinggi di negara itu bisa menjadi sasaran serangan oleh kelompok-kelompok militan menjelang pemilihan umum nasional yang dijadwalkan berlangsung mulai bulan depan.

Dalam peringatan yang disampaikan kepada 28 negara bagian dan empat wilayah federal, Kementerian Dalam Negeri India meminta pemerintah daerah meningkatkan pengamanan, khususnya terhadap para pemimpin partai politik yang mengambil bagian dalam pemilihan umum parlemen pada April-Mei, kata sejumlah pejabat.

"Kami memperoleh petunjuk dari Biro Intelijen bahwa teroris (militan) negara bagian mungkin akan berusaha melancarkan serangan besar-besaran pada pawai umum," kata seorang pejabat tinggi kementerian dalam negeri kepada AFP.

Para pemimpin yang mungkin menjadi sasaran serangan adalah ketua Partai Kongres Sonia Gandhi, putranya, Rahul, pemimpin nasionalis Hindu Lal Krishna Advani dan beberapa tokoh lain, kata Kantor Berita PTI mengutip peringatan keamanan dari biro intelijen itu.

Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah dan pemimpin kontroversial Negara Bagian Gujarat Narendra Modi juga disebut-sebut dalam peringatan keamanan itu, yang dikirim kepada kepala-kepala kepolisian di seluruh negara bagian di India, kata kantor berita tersebut.

India dilanda ketegangan yang meningkat, khususnya dengan Pakistan, sejak orang-orang bersenjata membunuh 165 orang di Mumbai, ibukota finansial India, pada akhir November.

Ketegangan antara kedua negara itu memburuk secara dramatis setelah India menuduh "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam serangan yang dimulai pada 26 November itu.

Serangan 60 jam di Mumbai oleh gerilyawan muslim itu menewaskan 165 orang dan mencederai ratusan lain.

Sejumlah warga asing termasuk diantara korban yang tewas dalam serangan-serangan militan itu, menurut pernyataan para pejabat di India dan negara tempat asal korban.

Sebuah kelompok tak dikenal yang menamakan diri Deccan Mujahedeen mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan seorang bersenjata mengatakan kepada saluran televisi India melalui telefon bahwa mereka berasal dari India dan melakukan serangan itu karena perlakuan terhadap muslim India.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.

Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009