Medan (ANTARA News) - Nurcholis Madjid atau yang biasa dikenal dengan nama Cak Nur merupakan salah seorang cendekiawan besar Islam pada periode modern. "Itu dikatakan Greg Barton, profesor ilmu politik Deakin University di Melbourne Autralia dalam salah satu tulisannya menanggapi meninggalnya Cak Nur pada tanggal 29 Agustus 2005," kata Guru Besar Instutut Agama Islam (IAIN) Sumatera Utara, Nur A Fadhil Lubis dalam "Seminar Nasional Mengenang 70 Tahun Nurcholis Madjid", di Medan, Minggu. Fadil mengatakan, dalam tulisannya Greg Barton mengemukakan berbagai alasan mengapa Cak Nur dikatakan cendikiawan besar Islam periode modern. Yang pertama, mungkin juga yang utama adalah gagasan-gagasan tegas yang dikemukanan Cak Nur dengan jernih dalam berbagai tulisannya. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang terhormat dan ramah,termasuk kepada orang-orang yang memusuhi dan memfitnahnya. Bahkan, Greg Barton memujinya sebagai sosok yang "being truly saintly and godly character" yang jika dalam konteks keislaman-keindonesiaan mungkin dapat diterjemahkan sebagai wali. Alasan lain yang dikemukakan oleh Greg Barton dan banyak pengamat lain adalah pendangan dan pemikiran Cak Nur tentang islam dan perpolitikan. Nurcholish Madjid oleh Barton disejajarkan dengan pemikir muslim modern lain termasuk Fethullah Gulen dari Turki dan Shourous asal Iran, sebagai "intelektual Islam progresif" yang telah berhasil mencerahkan banyak pihak di dunia ini tentang ada dan pentingnya agama dan keyakinan yang dipahami dan disikapi berbeda. Suatu pemahaman dan penerapan keagamaan yang lebih sedikit meterialistis, sedikit politis dan secara keseluruhan lebih memahami secara damai bagaimana keyakinan dapat merubah dunia. Pemikiran seperti inilah menurut Barton yang menjadi kunci bagi masa depan dunia yang cerah, lebih sejahtera dan lebih damai. "Greg Barton menyimpulkan bahwa pengaruh dan sumbangsih Cak Nur tidaklah berakhir dengan kematiannya, bahkan lebih merupakan awal perkembangannya," katanya. Sementara itu, Yudi latif dari Universitas Paramadina Jakarta, mengatakan, ada pertautan yang erat antara gagasan keislaman Burcholish madjid, cita-cita keindonesiaan, serta proyek historis gerakan reformasi. Inti pesan keislaman Nurcholish Madjid adalah menegaskan bahwa semua selain Tuhan bersifat nisbi belaka. Jalan dari kenisbian mendekatkan kepada kebenaran dan kemaslahatan hidup bersama ditempuh melalui kehanifan, kerendahhatian, kesalingkenalan dan permusyawaratan dalam suatu tatanan sosial yang terbuka, adil dan beradab.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009