Brussel (ANTARA News/Reuters) - Amerika Serikat menjelaskan  strategi baru untuk Afghanistan kepada negara-negara sekutunya di NATO dan Uni Eropa (EU), Senin.

Utusan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, Richard  Holbrooke, menekankan pentingnya pendekatan regional untuk  masalah Afghanistan, termasuk Pakistan, dan upaya-upaya sipil  dan militer yang ditingkatkan, kata seorang jurubicara NATO.

Ia juga menjelaskan pentingnya rencana-rencana untuk mendorong jumlah pasukan kepolisian Afghanistan.

"Saya menemukan keselarasan pandangan yang sangat mendorong  antara sekutu NATO kami dan negara-negara lain penyumbang  pasukan serta AS," kata Holbrooke kepada wartawan setelah  pertemuan NATO.

"Mereka memberikan tekanan besar pada peningkatan kepolisian,  jumlah polisi di Afghanistan," katanya.

Holbrooke mengatakan, peninjauan strategi itu akan  diselesaikan "segera", dengan mempertimbangkan batas waktu  praktis yang mencakup pertemuan internasional besar mengenai Afghanistan di Den Haag pekan depan.

Utusan AS itu mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara,  prioritasnya adalah menangani keadaan di kawasan suku di  sepanjang perbatasan dengan Pakistan, yang menjadi tempat  persembunyian gerilyawan.

"Itulah pesan utama yang kami ingin sampaikan. Anda tidak bisa memisahkan Afghanistan dan Pakistan," katanya.

Ia mengecam pemerintah terdahulu AS yang dipimpin George W.  Bush karena mengabaikan Afghanistan dan menjanjikan "pasukan  tambahan, sumber daya lebih banyak dan perhatian tingkat  tinggi yang lebih besar".

Presiden AS Barack Obama telah mengakui bahwa AS dan sekutunya tidak menang dalam perang di Afghanistan, dimana kekerasan  gerilya mencapai tingkat terburuk sejak invasi pimpinan AS  pada 2001.

Diantara gagasan-gagasan baru AS untuk Afghanistan adalah  peningkatan upaya untuk memerangi terorisme dan pelatihan  pasukan Afghanistan, peningkatan upaya untuk melawan  pemberontakan di wilayah selatan dan timur negara itu dan  upaya-upaya lebih besar untuk melindungi warga sipil.

Ratusan aparat sipil dari pemerintah AS akan dikirim ke  Afghanistan sebagai bagian dari strategi baru dalam sebuah  "hentakan sipil".

Pemerintah baru AS juga berencana mengirim 17.000 prajurit  tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang  dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan  tergelincir ke dalam anarki.

Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS  berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu  pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan  gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan  pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu  oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan  pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar  3.000 orang pada 11 September 2001.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi sejak  invasi pimpinan AS pada akhir 2001. Sekitar 5.000 orang,  termasuk lebih dari 2.000 warga sipil, tewas dalam pertempuran tahun lalu saja, menurut PBB.

Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah  negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah  dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.

Jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun  ini mencapai lebih dari 70, sebagian besar akibat  serangan-serangan gerilya, menurut situs berita  icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan  tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009