Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, naik tajam menembus angka Rp11.500 per dolar, karena sentimen positif pasar terhadap mata uang Indonesia semakin besar.

"Sentimen positif itu berasal dari perjanjian kerjasama antara Bank Indonesia dan Bank Sentral China yang telah menandatangani perjanjian bilateral Currency Swap Arrangement," kata Direktur Utama PT Financorpindo Nusa di Jakarta, Selasa.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik menjadi Rp11.370/11.380 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.550/11.560 per dolar AS.

Ia mengatakan, perjanjian Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) antara kedua bank sentral tersebut senilai Rp175 triliun atau setara 100 miliar Renmimbi China memberikan kontribusi positif untuk peningkatan perdagangan investasi langsung antar kedua negara.

Selain itu juga memberikan kontribusi positif untuk peningkatan perdagangan dan investasi langsung antar kedua negara, membantu penyediaan likuiditas jangka pendek bagi stabilitasi pasar keuangan, serta membantu Indonesia dalam mengatasi keketatan likuiditas internasional, katanya.

Menurut dia, rupiah juga masih mendapat sentimen positif dari pasokan dolar ke pasar AS, setelah pemerintah AS menerbitkan obligasi.

Karena itu kemungkinan besar rupian akan bisa mencapai angka Rp11.000 per dolar, ujarnya.

Namun lanjut dia untuk bisa mencapai angka Rp10.000 per dolar agak berat mungkin bisa saja ke arah sana dengan waktu yang cukup lama sampai akhir tahun ini.

Pasar uang, menurut dia sepanjang pekan ini didominasi aksi positif terhadap rupiah, sehingga peluang rupiah untuk terus menguat masih cukup besar.

"Kami memperkirakan rupiah pada sore nanti masih akan bergerak naik hingga mendekati angka Rp11.000 per dolar," ucapnya.

Ia mengatakan, rally rupiah yang terus terjadi diharapkan tidak terlalu cepat, karena akan menyulitkan bagi eksportir maupun importir untuk menghitungnya.

Kondisi ini akan membuat Bank Indonesia untuk terus mengkontrol kenaikan itu agar tidak terlalu cepat memicu rupiah menguat, ucapnya. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009