Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Miranda S Goletom mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan proses penunjukan bank-bank yang akan menjadi agen untuk implementasi fasilitas Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan China.

"Nantinya tidak semua bank menjadi agen (untuk fasilitas BCSA), hanya beberapa, kami harapkan tidak terlalu lama," katanya di Jakarta, Rabu.

Saat ini, tambahnya, direktorat internasional, direktorat pengelolaan devisa dan direktorat pengaturan dan penelitian perbankan sedang kerja keras, untuk penyelesaian pengaturannya.

Fasilitas BCSA dengan China merupakan fasilitas mata uang renminbi yang disediakan oleh Bank Indonesia untuk para pengusaha yang bertransaksi dengan rekannya di negeri China, sehingga para pengusaha kedua negara tidak perlu menggunakan dolar AS sebagai alat pembayaran, cukup menggunakan rupiah dan renminbi.

Ia mengatakan, kemungkinan seluruh peraturan terkait implementasi BCSA dan pengumuman bank-bank yang nantinya akan jadikan agen selesai satu bulan mendatang. "China juga belum menyelesaikan semua peraturan dan mengumumkan bank-bank yang akan ditunjuk," katanya.

Namun ia enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut terkait dengan kriteria bank yang akan ditunjuk. "Kita sudah memikirkan tetapi belum kita umumkan, nanti kalau sudah selesai," katanya.

Ia menambahkan, fasilitas BCSA hanya bisa digunakan untuk transaksi perdagangan berupa ekspor-impor ataupun investasi dengan negara China.

"Kami memang masih membayangkan perdagangan barang dan jasa, bukan produk keuangan," katanya.

Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia Nelson Tampubolon mengatakan, nantinya bank-bank yang ditunjuk bertindak seperti agen, sehingga para pengusaha yang ingin menggunakan fasilitas ini akan melalui bank tersebut.

Ia menambahkan, kemungkinan tidak semua pengusaha mau menggunakan fasilitas tersebut.

"Itu tergantung pengusaha yang menginginkan fasilitas ini," katanya.

BI dan People`s Bank of China (PBC/ Bank Sentral China), Zhou Xiaochuan menandatangani perjanjian Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) antara kedua bank sentral tersebut senilai Rp175 triliun atau setara 100 miliar Renmimbi China, Senin (23/3).

Penandatanganan BCSA ini merupakan salah satu usaha untuk mengurangi tekanan terhadap permintaan dolar AS, sebab dengan pendatanganan ini para pengusaha Indonesia dan China yang bertransaksi tidak perlu menggunakan mata uang dolar AS, tetapi bisa langsung menggunakan rupiah dan Renmimbi.

Meski tidak semua pengusaha nantinya akan menggunakan fasilitas ini, namun BI poptimis, secara perlahan banyak pengusaha yang akan ikut dalam pemanfaatannya. Selama 2008, ekspor Indonesia ke China mencapai 11,5 miliar dolar AS dengan ekpor non migas mencapai 7,7 miliar dolar AS. Sedangkan impor mencapai 15,2 miliar dolar AS dengan impor non migas 14,99 miliar dolar AS.

Sedangkan perdagangan impor yang tercatat menggunakan renminbi langsung (tidak menggunakan dolar sebagai alat pembayran) senilai 108 miliar dolar AS.
(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009