Ankara (ANTARA News) - Partai berkuasa di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Senin, memenangkan berbagai putaran pemilihan parlemen dan kepala daerah, namun Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang tertimpa melemahnya perekonomian, merasa agak tertekan oleh kemenangan yang diharapkannya akan memperlancar keanggotaan Turki dalam Uni Eropa itu.

AKP tidak berhasil memenangkan kota Diyarbakir, kota terbesar Kurdi di tenggara Turki, dan beberapa kota utama lainnya diantaranya Izmir. Partai oposisi sekuler juga menemui sandungan di Istanbul, kota terbesar di Turki, dan ibukota Ankara.

Pemilu yang untuk pertamakalinya menelurkan hasil yang dirasakan AKP sebagai pukulan terberat sejak mereka berkuasa pada 2002, diadakan bertepatan dengan meroketnya pengangguran hingga mencapai rekor terendah dan perekonomian yang terus memburuk. Pertumbuhan pesat ekonomi Turki menghadapi serangkaian pukulan menyusul krisis ekonomi global.

"Ini adalah pesan dari rakyat dan kami akan mengambil pelajaran-pelajaran penting darinya. Perombakan kabinet dimungkinan (untuk ditempuh), meskipun tidak berkaitan langsung dengan hasil pemilu," kata Erdogan yang tampil agak terpukul pada sebuah jumpa pers di markas besar partai.

Hasil sementara menunjukkan dari 80 persen total suara yang masuk, AKP memenangkan 39 persen untuk DPRD seluruh Turki yang menunjukkan sebagian besar rakyat Turki masih menganggap Erdogan sebagai orang terpantas untuk memimpin negara Muslim itu dalam mengarungi perekonomian dunia yang sedang melemah.

"Jika Partai AK jatuh dibawah 40 persen dan kalah di Istanbul, maka itu masalah serius bagi Erdogan," kata Murat Yetkin, kolumnis pada koran Radikal yang kerap mengkritik pemerintah.

Dalam satu wawancara Jumat lalu, Erdogan mengatakan, dia akan mempertimbangkan mengakui keliru jika suara partainya dalam pemilihan legislatif daerah kali ini lebih kecil dibandingkan angka 47 persen yang dimenangkan partainya pada pemilu legislatif pusat pada 2007.

Pemilu untuk memilih walikota, bupati dan DPRD provinsi ini sendiri diwarnai oleh kekerasan dimana setidaknya lima orang tewas di bagian tenggara Turki akibat bentrok antar pendukung dalam pemilihan lurah yang dikhususkan untuk non partai. Sekitar 100 orang terluka dalam peristiwa itu.

Selama berminggu-minggu Erdogan berkampanye secara agresif di seantero Turki, terutama di wilayah tenggara, dengan harapan kemenangan partainya akan memperbaiki kawasan yang dilanda kekerasan separatisme dan telah merusak pencapaian ekonomi dan politik Turki.

Pemilu tingkat daerah secara tradisional diangggap penting di Turki dimana pemerintah akan tertekan hebat jika gagal memenangkannya. Hasil pemilu ini diperkirakan tidak akan menghambat proses reformasi nasional namun mungkin akan memaksa Erdogan menempuh langkah lebih kompromistis dalam mencapai tujuan-tujuan politiknya.

Dari hasil sementara itu ada isyarat bahwa angka pengangguran yang sebesar 13,6 persen dan perekonomian, diproyeksikan akan memasuki resesi pada 2009 setelah bertahun-tahun tumbuh mengesankan dibawah kepemimpinan AKP yang berkuasa setelah menyingkirkan kelompok sekuler pada pemilu 2002.

Sebelum ini AKP dikritik masyarakat bisnis Turki karena terlalu lambat bereaksi terhadap melemahnya perekonomian global.

"Menengok realitas adalah hal yang diperlukan untuk membuat fokus pada perekonomian. Mudah-mudahan mereka memfokuskan lagi pada masalah-masalah struktur, terutama aspek jangka panjang dari perekonomian," kata Christian Keller, analis pasar pada Barclays Capital, London.

Namun pencapaian ekonomi yang dirasakan Turki tidak terlalu buruk jika dibandingkan banyak pemerintahan di Eropa Timur dimana perekonomiannya ditimpa pukulan lebih keras oleh krisis ekonomi global sehingga beberapa pemerintahan di kawasan ini tumbang.

Partai oposisi sekuler CHP yang menuduh AKP memiliki agenda laten mengubah Turki menjadi negara Islam juga tidak berkembang dengan hanya menangguk 23 persen suara, sedangkan partai ultra kanan MHP meraih 16 persen suara.

"Saya tidak mempunyai masalah dengan AKP, tapi kali ini saya akan memilih CHP karena saya kira kita perlu berubah," kata Mehmet Demir, pegawai negeri yang memberikan suara di Ankara.

AKP yang akarnya Islam politik namun juga mempunyai unsur nasionalis dan kanan-tengah di dalamnya, hampir saja dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi karena aktivitas berbau Islam yang dilarang di Turki, pada 2008 dalam satu peristiwa yang membuat pasar modal ambruk dan memecah belah Turki.

Erdogan sendiri telah mereformasi draf konstitusi yang diajukan militer Turki pada 1982 dan mengubah cara kerja Mahkamah Konstitusi, langkah yang juga menyingkirkan rintangan bagi keanggotaan Turki di Uni Eropa namun menaikan ketegangan dengan kaum sekuler yang menuduhnya menyembunyikan agenda radikalisme Islam. Erdogan menyanggah tuduhan ini.

Sementara itu, IMF dan Tukri telah berbicara berbulan-bulan untuk sebuah kesepakatan yang dipandang pasar sebagai kunci untuk melindungi perekonomian Turki yang bernilai 750 miliar dolar AS itu dari hantaman krisis global. Pasar memperkirakan Erdogan bakal menuntaskan pembicaran dengan IMF ini setelah pemilu tingkat daerah Senin itu. (*)


Reuters/Jafar Sidik

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009