Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati menilai langkah pemerintah untuk memfungsikan Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta menjadi Rumah Sakit Khusus COVID-19 lebih realistis daripada membangun RS baru dalam menangani penyebaran COVID-19 di Indonesia.

"Gedungnya sudah siap pakai dan memiliki ruangan cukup banyak. Namun harus dipastikan bahwa semua ruang steril dan layak untuk ruang perawatan," kata Mufida dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dia menilai sebaiknya Wisma Atlet itu difokuskan untuk perawatan isolasi pasien COVID-19 saja, bukan untuk pasien yang sudah berat kondisinya.

Baca juga: DKI juga imbau rangkaian Nyepi tahun ini di Jakarta dibatasi
Baca juga: DPC Partai Gerindra Serang bagikan masker


Menurut Mufida, daya tampung RS yang ada saat ini semakin tidak mencukupi dan bercampur dengan pasien lain yang berpotensi memperbesar penularan.

Dia mengatakan, sebaiknya hindari menjadikan semua RS menjadi RS Rujukan COVID-19 karena resisten untuk pelayanan pasien non COVID-19.

"Seperti RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) sebagai RS Nasional rujukan dari semua penyakit, akan lebih baik jika tidak merawat pasien COVID-19," ujarnya.

Politisi PKS itu menjelaskan langkah itu perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat dalam jumlah yang memadai.

Menurut dia, tenaga kesehatan tersebut harus dilengkapi dengan alat kesehatan yang bagus dan yang lebih penting adalah perlindungan kepada para pejuang COVID-19.

Baca juga: Pulau Luzon ditutup, masyarakat dan WNI di Filipina diminta tak panik
Baca juga: Indonesia miliki kemampuan uji laboratorium Covid-2019


"Kebutuhan APD (Alat Perlindungan Diri) yang memadai adalah kebutuhan mendasar untuk melindungi teman-teman yang berjuang di garda terdepan ini," katanya.

Mufida mengatakan dirinya sudah banyak menerima keluhan tentang stok APD yang menipis dan tidak memadai untuk para tenaga medis.

Bahkan menurut dia, ada daerah yang sudah berpikir untuk memodifikasi jas hujan sebagai APD sehingga kondisi itu sangat memprihatinkan.

Mufida berharap, dengan adanya RS khusus COVID-19, kebutuhan perlindungan dan kecukupan nutrisi untuk para tenaga kesehatan ini bisa lebih terpenuhi.

"Karena jika ada tenaga kesehatan yang sakit, maka dia juga harus diistirahatkan dan diisolasi minimal selama 14 hari. Itu artinya tenaga medis yang bisa bertugas akan berkurang," ujarnya.

Baca juga: Kasus corona di Masjid Seri Petaling merupakan klaster baru

Menurut Mufida, penyiapan RS khusus COVID-19 harus dibarengi upaya-upaya pencegahan penularan misalnya jangan abaikan penerapan "social distancing" secara ketat, pembatasan mobilitas, termasuk pilhan karantina parsial pada wilayah tertentu jika memang dibutuhkan.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020