Tokyo (ANTARA News) - Ketegangan di kawasan Asia Timur kembali menyeruak, menyusul keberhasilan Korea Utara (Korut) dalam peluncuran roket pembawa satelitnya ke orbit, Minggu pagi, kegiatan yang disebut mengancam perdamaian dan stabiitas keamanan dunia.

Dunia seketika geger ketika Korut, pada pukul 11.30 waktu Tokyo, betul-betul melakukan ancamannya. Walau bukan peluru kendali Taepodong-2, melainkan satelit komunikasi Kwangmyongsong-2, Korut membuat Jepang, Korsel, dan juga para sekutu baratnya marah.

Satu jam setelah itu, PM Jepang Taro Aso mengeluarkan kecaman dan menuding Korut melakukan provokasi yang ekstrim dan merusak upaya memelihara perdamaian di kawasan.

Saat itu juga Jepang, yang sedang menikmati datangnya musim sakura, mengirimkan nota protes melalui jalur diplomatiknya di Beijing, mengingat roket yang diluncurkan Korut melintasi wilayah udara Jepang.

"Itu benar-benar tindakan provokatif yang ekstrim dan dilakukan di tengah peringatan keras negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat," kata Aso, seperti dikutip Kyodo.

Negeri Sakura itu juga mendesak Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat, yang langsung diadakan di markas besarnya di New York. Tidak mengherankan jika Jepang bisa dengan cepat mendesak Dewan Keamanan PBB karena posisinya yang baru saja terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Menurut siaran pers yang diterima ANTARA di Tokyo, pada hari yang sama dengan peluncuran itu, Jepang menginginkan Dewan Keamanan PBB secepatnya mengeluarkan sanksi baru kepada Korut.

Menlu Hirofumi Nakasone mengatakan, tindakan Korut itu tidak bisa ditolerir karena tidak sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, termasuk juga dalam deklarasi bersama yang diperoleh melalui Pembicaran Enam Negara.

"Lebih dari itu, tindakan Korut menjadi bertentangan dengan upaya-upaya yang tengah dilakukan selama ini untuk memelihara perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur," kata Nakasone.

Dalam upayanya mendorong dikeluarkannya resolusi baru untuk menekan Korut, Menlu Nakasone pada petang harinya mengadakan serangkaian pembicaraan telepon dengan para koleganya di dunia, terutama dengan negara-negara pemegang hak veto di PBB.

Dalam percakapan via telepon, rata-rata memakan waktu 15 menit hingga 20 menit, Jepang dengan cepat mendulang berbagai dukungan; mulai dari Menlu Korsel, Singapura, Perancis, Inggris hingga Menlu AS Hilary Clinton yang dengan cepat mengecam Korut.

Namun dukungan yang sama tidak diperoleh dari China dan Rusia. China bahkan terang-terangan meminta Jepang bersikap tenang dan tidak bereaksi berlebihan. Rusia lebih menunjukkan sikap kooperatifnya dengan menjanjikan kerjasama dalam menemukan jalan di PBB.


Benarkah satelit?

Korut mengklaim pihaknya sukses meluncurkan roket yang membawa satelit komunikasi Kwangmyongsong-2 ke orbit, dan telah berhasil mentransmisikan lagu-lagu pujian kepada negara komunis itu, termasuk kepada mantan para pemimpinnya.

Satelit yang dibawa oleh roket Unha-2 itu diklaim Korut telah memasuki orbit sesuai dengan rencana pengembangan kedirgantaraan nasional. Lagu-lagu pujian itu diperuntukkan kepada pendiri negara, Presiden Kim Il-Sung, dan putranya, pemimpin Korut sekarang, Kim Jong-Il.

"Satelit itu telah berotasi secara normal di dalam orbitnya," kata pejabat Korut seperti dikutip Kantor Berita Korut KCNA (Korean Central News Agency).

Korut mengatakan, pihaknya meluncurkan satu satelit komunikasi eksperimen itu sebagai bagian dari program kedirgantaraan untuk maksud damai, seperti kemajuan riset ilmu pengetahuan dan pemanfaatan angkasa luar.

Baik Jepang, Korsel maupun Amerika Serikat marah terhadap sesuatu yang mereka yakini lebih sebagai ujicoba rudal jarak jauh Taepodong-2 (Unha-2) yang provokatif. Peluncuran satelit hanyalah kedok untuk melakukan uji coba peluru kendali antar benua yang dimiliki Korut.

Tapi apakah benar satelit itu betul-betul memasuki orbit?

Sejumlah pejabat pemerintah Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan roket Korut tersebut gagal mengantar satelitnya memasuki orbit. Pernyataan itu disampaikan beberapa jam setelah negara komunis itu menyatakan kesuksesannya.

"Tidak ada objek yang memasuki orbit setelah Korut meluncurkan roketnya ke angkasa luar," demikian pejabat dari Komando Pertahanan Udara Amerika Utara (NORAD).

Jepang menyatakan, bagian pendorong kedua roket itu telah jatuh di Samudra Pasifik, lepas pantai Jepang, yang menunjukkan peluncuran roket negeri komunis itu berhasil dengan baik.

Roket pendorong pertama diyakini jatuh di perairan sekitar 280 kilometer di barat propinsi Akita utara, sedangkan roket pendorong kedua jatuh di perairan sekitar 1.270 kilometer di lepas pantai timur Jepang.

Jepang tidak melakukan tindakan apa pun, meski telah mengerahkan kapal-kapal perangnya yang dipersenjatai rudal-rudal pencegat canggih dan misil-misil yang bisa menjatuhkan Taepodong-2 dengan cepat. Rudal Tepodong-2 diyakini bisa menjangkau Alaska atau Hawaii.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang sedang melakukan lawatan ke Republik Ceko, menyerukan Pyongyang agar menahan diri dari aksi provokatif lainnya.

"Korea Utara melanggar peraturan sekali lagi dengan menguji roket yang bisa digunakan untuk misil jarak jauh," kata Obama kepada massa di Praha.

Washington, Tokyo, dan Seoul memandang peluncuran roket Korut itu pelanggaran jelas terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB No.1718 yang dikeluarkan Oktober 2006, yang melarang Korea Utara melakukan ujicoba misil balistik.(*)

Oleh Oleh Benny S Butarbutar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009