Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 meski sudah lebih rendah dari triwulan IV 2008, masih di atas 4,0 persen.

"Yang jelas dibandingkan dengan triwulan sebelumnya memang triwulan I 2009, diperkirakan akan turun. Tapi tidak drastis, masih di atas 4,0 persen," kata Direktur Riset Bidang Ekonomi dan Moneter BI Made Sukada di Gedung Departemen Keuangan, Jakarta, Senin.

Secara keseluruhan pada 2009, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2009 hanya akan mencapai sekitar 3 hingga 4 persen, karena ekspor dan konsumsi dalam negeri diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode 2008.

Menurut dia, pergerakan pertumbuhan ekonomi juga akan bergantung kepada sejumlah variabel terutama pemulihan ekonomi negara-negara maju.

"Juga stimulus fiskal, mudah-mudahan semua stimulus jalan sesuai yang direncanakan sehingga pertumbuhannya tidak jatuh, kalau toh melambat tidak sampai anjlok," katanya.

Sementara itu mengenai penarikan "bilateral swap arrangement" (BSA) dengan Jepang, Sukada mengatakan, itu tergantung dari kebutuhan pemerintah.

"Kalau memang diperlukan, paling tidak payungnya sudah tersedia, kalau diperlukan, pasti akan ditarik," jelasnya.

Menurut dia, BSA akan memberikan kepercayaan pada semua pelaku ekonomi dan pelaku pasar bahwa terjadi perkembangan positif. Mekanisme BSA tidak hanya dilakukan dengan Jepang tetapi juga dengan China.

"China kan sudah komit, tapi belum boleh diumumkan karena sedang dalam pembicaraan," katanya.

Menurut dia, perjanjian BSA belum tentu akan menyebabkan rupiah menguat karena nilai tukar rupiah akan tergantung dari suplai dan permintaan.

Ketika ditanya apakah sudah mulai ada aliran modal masuk ke Indonesia, Made mengatakan, kalau ada rebound di pasar modal, dapat dipastikan ada orang yang membelanjakan dana investasinya.

"Demikian juga kalau ada perbaikan di SUN, juga pasti ada yang belanja. Belanja itu kombinasi antara domestik dan asing," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009