Jakarta (ANTARA News) - Menneg BUMN Sofyan Djalil menegaskan, pihaknya tidak bisa memaksa Bank BUMN menurunkan suku bunga, karena masing-masing bank memiliki pertimbangan tersendiri.

"Itu urusan bank (tidak bisa dipaksakan), karena kalau dipaksakan akan membuat Bank BUMN kehilangan kompetitifnya," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil,di Jakarta, Rabu.

Hal itu diungkapkannya menanggapi penurunan suku bunga bank yang belum signifikan, terutama pasca penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).

Sejak Januari hingga April 2009, BI Rate telah dipangkas sebesar 175 basis poin atau 1,75 persen menjadi 7,5 persen.

Namun menurut catatan BI, respon perbankan masih lambat terhadap penurunan suku bunga tersebut, tercermin dari suku bunga kredit yang baru turun hanya 0,05 persen.

Menurut Sofyan Djalil, dalam situasi seperti sekarang ini atau saat dampak krisis keuangan yang mulai terasa bisa mengakibatkan resiko bisnis membesar.

"Kenapa tidak turun juga... karena terkait dengan cost of fund (biaya dana) juga persepsi risiko itu sendiri. Itu yang mempengaruhi tingkat suku bunga," ujarnya.

Karena itu ditambahkannya, meskipun Kementerian BUMN merupakan kuasa pemegang saham Bank-Bank BUMN bukan berarti bisa memaksa untuk menurunkan suku bunganya.

"Itu lebih pada wewenang regulator Bank Indonesia," katanya.

Hal senada diungkapkan Plt Menko Perekonomian/Menkeu Sri Mulyani Indrawati, (Selasa, 7/4), bahwa keputusan menurunkan suku bunga pinjaman akan tergantung masing-masing bank.

Bank yang neracanya sehat akan memiliki ruang menurunkan suku bunga, dan itu sangat baik untuk mendapatkan nasabah yang terbaik.

Menurut Sri Mulyani, bank-bank BUMN sebagai market leader (pemimpin pasar) sebenarnya sekitar dua bulan lalu juga sudah mulai menurunkan suku bunga pinjaman mereka.

Pemerintah berkepentingan mendorong perbankan menurunkan suku bunga pinjaman untuk mendorong bergeraknya perekonomian nasional.

Tetapi yang utama bagi bank adalah ruang untuk bisa menurunkan suku bunga pinjaman sangat terkait erat dengan kondisi neraca keuangannya sendiri. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009