Jakarta (ANTARA News) - Pemilih tunanetra sulit menentukan pilihan dan mengikuti pemungutan suara meskipun pemerintah telah menyediakan kertas suara khusus berhuruf Braille.

"Kami khawatir mengganggu warga lain kalau saya lama-lama dengan kertas suara itu," kata Nasihin, tuna netra dari Panti Sosial Bina Netra Cahaya Batin yang memilih di sebuah TPS di Kelurahan Cawang, Jakarta, Kamis.

Nasihin adalah seorang dari 18 pemilih tunanetra yang ada di TPS itu dan harus memilih dengan bantuan pengasuh dengan memakan waktu sekitar tujuh menit.

Walau kertas suara lebih bagus dari kertas suara biasa, namun huruf Braile harus diraba dengan cermat, padahal dengan 38 partai dan berpuluh nam caleg yang mesti diraba, pemungutan suara pun menjadi lebih lama.

"Saya sulit dengan susunan nama calegnya dan melipat kertasnya yang terlalu lebar. Jadi saya masih memerlukan bantuan orang lain supaya cepat memilih," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009