Washington (ANTARA News) - Kapten kapal AS yang ditahan perompak di sebuah sekoci di lepas pantai Somalia berusaha melarikan diri dengan meloncat ke laut dan berenang ke arah sebuah kapal Amerika, namun segera ditangkap lagi, demikian dilaporkan media AS, Jumat.

Jaringan-jaringan berita CBS, ABC dan CNN mengutip sejumlah sumber pertahanan yang mengatakan bahwa Kapten Richard Phillips, yang ditahan di sebuah sekoci di Lautan India, meloncat dari kapal itu namun tidak berhasil menjauh.

Ia ditangkap lagi oleh perompak bersenjata dan dibawa kembali ke kapal mereka, dengan disaksikan oleh sebuah kapal perang AS.

CNN mengatakan, sejumlah pejabat AS yakin bahwa Phillips selamat tanpa cedera dalam upaya pelarian yang gagal itu.

Empat perompak menahan Phillips sejak upaya gagal mereka membajak kapal peti kemas yang dibawa kapten tersebut, Maersk Alabama yang memiliki berat 17.000 ton, beberapa ratus mil di lepas pantai Somalia.

Phillips seperti dilaporkan Reuters tampaknya datang sukarela ke sekoci perompak itu untuk menjadi sandera dan demi keselamatan 20 orang awak Amerika-nya, yang kemudian berhasil mengendalikan lagi kapal barang tersebut.

Kapal itu, yang membawa bantuan makanan untuk Uganda dan Somalia, kini dalam perjalanan ke Kenya, negara tujuannya.

Kapal USS Bainbridge berada di dekat sekoci perompak itu dan telah memanggil orang-orang FBI dan aparat lain AS untuk membantu berunding dengan perompak.

CNN mengatakan, dua kapal perang lain AS sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan kapal perusak Amerika itu.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Pembajakan oleh perompak Somalia menurun pada 2009 setelah angkatan laut internasional mulai melakukan patroli di kawasan perairan yang ramai di Teluk Aden.

Tahun lalu perompak telah membuat kawasan Teluk, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Timur Tengah melalui Terusan Suez, menjadi tempat pelayaran paling berbahaya di dunia. Puluhan kapal dibajak dan puluhan juta dolar dibayar sebagai tebusan bagi pembebasan sejumlah kapal.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU) untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Perompak Somalia sepanjang tahun ini menahan sejumlah kapal setelah tahun lalu membajak 42 kapal di Teluk Aden yang ramai dan jalur pelayaran Lautan India.

EU telah memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU.

NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia.

Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, sebelumnya mengancam akan meledakkan kapal Ukraina pengangkut senjata yang dibajak jika mereka tidak menerima uang tebusan yang dituntut sebesar 20 juta dolar.

Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden.

Kapal Ukraina itu dibebaskan pada 5 Februari setelah pembayaran uang tebusan 3,2 juta dolar.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009