Jakarta (ANTARA News) - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menargetkan 5 sampai 7 persen pendapatannya tahun ini disumbang dari layanan Sambungan Langsung Internasional (SLI) melalui kode akses 009.

"Layanan SLI baru diluncurkan, dan baru memberi kontribusi signifikan pada lima tahun mendatang," kata Presiden Direktur Bakrie Telecom, Anindya N Bakrie, di sela peluncuran layanan SLI 009, di Jakarta, Rabu.

Menurut Anindya, saat ini potensi bisnis pada layanan SLI di tanah air sekitar tiga miliar menit atau setara dengan sekitar Rp3 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen panggilan ke luar negeri dan 30 persen panggilan dari luar negeri.

"Kami mengharapkan dalam waktu tiga tahun ke depan 009 mampu meraih 20 hingga 30 persen dari pangsa pasar yang ada saat ini," tegas Anindya.

Untuk menggelar layanan SLI diutarakannya, BTEL menginvestasikan dana sebesar 25 juta dolar AS hingga tahun 2012.

Pada tahap awal dana tersebut akan digunakan untuk membangun dua sentra gerbang internasional (SGI) di Batam dan Jakarta, dan akan dikembangkan ke tiga kota di Surabaya, Medan, dan Makassar dalam dua tahun ke depan.

Kapasitas infrastruktur SLI BTEL mencapai 2,5 Gigabita per detik (Gbps) atau mampu menghantarkan data panggilan hingga 3,6 miliar menit per tahun.

Anindya mengatakan, saat ini belum terlalu optimal untuk menggarap potensi pendapatan dari SLI mengingat untuk membawa trafik di jaringan lokal masih mengandalkan infrastruktur milik PT Telkom, karena perusahaan belum menggelar jasa Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ).

Sementara itu, Wadirut Bakrie Telecom Bidang Pemasaran, Erik Meijer mengungkapkan, tahap awal interkoneksi dari jasa SLI milik Bakrie Telecom dibuka secara bertahap oleh dua penyelenggara lainnya yakni Telkom dan Indosat.

"Telkom telah membuka interkoneksi di empat kota di antaranya Jakarta dan Surabaya, sedangkan Indosat akan mulai membukanya pada minggu depan," katanya.

Diungkapkannya, Telkom membuka secara bertahap mengingat operator tersebut memiliki banyak sentra gerbang.

Sedangkan Indosat harus menyesuaikan dengan sistem penagihan mengingat tarif yang ditawarkan BTEL jauh lebih murah ketimbang yang berlaku di pasar.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009