Mumbai (ANTARA News/AFP) - Tersangka militan muslim yang ditangkap selama serangan-serangan terhadap Mumbai pada November tahun lalu hari Rabu meminta sebuah pengadilan India menyediakan seorang pengacara Pakistan untuk membelanya di persidangan, namun permohonan itu ditolak oleh hakim pengadilan tersebut.

Mohammed Ajmal Kasab, seorang warganegara Pakistan, menyampaikan permohonan itu setelah hakim memecat pengacara yang ditunjuk negara karena konflik kepentingan.

Dalam persidangan singkat sore hari sebelum persidangan utama ditunda hingga Kamis, Hakim M.L. Tahaliyani menyatakan, sistem hukum India "akan melakukan segala sesuatu yang bisa kami lakukan yang sah secara hukum".

"Pakistan bisa membantu anda untuk mencari seorang pengacara, namun ia harus berasal dari sini (India)," kata hakim itu menanggapi permintaan Kasab tersebut dengan menambahkan bahwa pemerintah India akan berkomunikasi dengan Pakistan mengenai permohonan bantuan hukum itu.

"Kami harus melakukan persidangan yang jujur dan adil terhadap Kasab, dan perlu ditunjuk seorang pengacara yang bisa menangani sebuah kasus seperti ini dengan benar dan tepat," kata hakim pada persidangan tersebut.

Pemecatan pengacara Kasab itu membuat persidangan tersebut menjadi kacau setelah dibuka di Mumbai, ibukota finansial India.

Kasab (21), yang disebut-sebut sebagai anggota kelompok muslim terlarang Pakistan, Lashkar-e-Taiba (LeT), menghadapi serangkaian tuduhan yang mencakup "pengobaran perang" terhadap India, pembunuhan, usaha pembunuhan dan penculikan.

Ia bisa dijatuhi hukuman mati jika terbukti bersalah mengambil bagian dalam serangan November 2008 di Mumbai, dimana 10 orang besenjata mendarat di kota itu dengan kapal dan membunuh lebih dari 160 orang.

Kasab adalah satu-satunya dari 10 militan itu yang selamat dalam serangan tersebut.

Ketegangan meningkat antara India dan Pakistan setelah serangan teror di Mumbai itu.

Perdana Menteri India Manmohan Singh mencurigai serangan itu mendapat dukungan dari sejumlah "badan resmi", dengan menuduh Pakistan menggunakan terorisme sebagai "instrumen kebijakan negara".

Baik LeT maupun Pakistan membantah terlibat dalam serangan-serangan tersebut.

Sejumlah warga asing termasuk diantara korban yang tewas dalam serangan-serangan militan itu, menurut pernyataan para pejabat di India dan negara tempat asal korban.

Sebuah kelompok tak dikenal yang menamakan diri Deccan Mujahedeen mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan seorang bersenjata mengatakan kepada saluran televisi India melalui telefon bahwa mereka berasal dari India dan melakukan serangan itu karena perlakuan terhadap muslim India.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009