Kuala Lumpur (ANTARA News) - Seorang WNI bernama Sakur (91), pulang kampung ke Nganjuk Jawa Timur setelah 61 tahun tinggal secara ilegal di Malaysia.

Sakur sejak tahun 1948 hidup dari masjid ke masjid sebagai pemijat tradisional.

"Alhamdulillah akhirnya saya bisa juga pulang kampung," kata Sakur berlinang air mata di Kuala Lumpur International Airport, Minggu sore. Dia diantar beberapa warga Malaysia keturunan Jawa.

Sakur lahir di Nganjuk 10 Agustus 1917 dan tahun 1948 masuk ke Malaysia. Awalnya, ia tinggal di Johor Bahru kemudian mengembara ke berbagai negara bagian Malaysia, hingga ke Pulau Penang, Kota Tinggi dengan jalan kaki berhari-hari.

Ia tinggal di Malaysia tanpa memberikan kabar apapun kepada keluarganya. Keluarganya di Nganjuk sudah menyangka saudara sulung mereka telah meninggal.

Walau berusia 91 tahun, ia mampu berjalan meski dibantu tongkat bambu. Dia masih bisa mendengar dan berbicara agak jelas.

Menurut pengakuannya, dari profesinya sebagai tukang urut mendapatkan penghasilan antara 400 hingga 600 ringgit per hari. "Saya biasa pijat dengan tarif 50 ringgit (Rp150.000) per orang," katanya

Ia pun masih ingat dengan beberapa nama adiknya."Adik-adik saya yang masih hidup namanya Askandar, Muntinah, Mursanah, Arsiah, Komari dan Nursahid. Mereka sudah menunggu saya di Nganjuk," katanya.

Berkat bantuan KBRI Kuala Lumpur, keluarga Sakur yang tinggal di desa Waru, Kecamatan Tanjung Anom, Nganjuk Jawa Timur berhasil ditelusuri. Setelah dikontak KBRI, adik-adik Sakur akhirnya mengetahui ternyata Sakur, kakak tertua, masih hidup di Malaysia.

Sakur mengaku tidak mengetahui dia tinggal di Malaysia dan juga tidak tahu bahwa negara tersebut merdeka tahun 1957. "Saya tidak tahu apa pun tentang Malaysia dan kemerdekaan Malaysia. Saya tak begitu peduli," katanya.

Ia mengaku sempat ingin pulang ke kampung halaman tahun 1987 tapi tertipu dengan temannya sendiri dan uangnya 5.000 ringgit (sekitar Rp15 juta) lenyap.

Ketika tinggal di masjid Sungai Udang, Klang, Selangor, seorang warga Malaysia keturunan Kudus, Jawa Tengah, bernama Zaidun, membawa Sakur ke KBRI.

Sakur selanjutnya bertemu duta besar Da`i Bachtiar dan Sakur pun mendapat bantuan proses keimigrasian dan tiket pulang kampung ke Nganjuk Jawa Timur.

Zaidun beserta anak dan cucunya serta beberapa warga di sekitar masjid Sungai Udang, Klang ikut mengantar Sakur hingga KLIA. Masyarakat di kawasan itu semuanya keturunan Jawa. Masjid di tempat itu pun pun merupakan replika masjid di Demak.

Rencananya, Sakur akan diantar oleh staf KBRI Kuala Lumpur Heppi hingga di Jakarta dan salah satu stasiun televisi swasta akan mempertemukan Sakur dengan keluarganya. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009