Baquba, Irak (ANTARA News/AFP) - Seorang pembom bunuh diri yang berpakaian seragam polisi Irak, Senin, menewaskan tiga pejabat polisi dan melukai 15 orang lainnya, termasuk delapan tentara AS dan satu anak, dalam serangan ketiga seperti itu dalam sepekan.

Pembom itu menyerang patroli jalan kaki bersama Irak dan Amerika di Baquba di timurlaut Baghdad, meniru dua insiden belum lama ini. Penyerang bunuh diri mengenakan seragam pasukan keamanan.

"Pembom bunuh diri itu mengambil keuntungan dari polisi dan ia berusaha untuk mencapai mereka dan meledakkan dirinya," wakil walikota Baquba, Raad ad-Dahalaki, mengatakan. "Ia tampak sama seperti mereka."

Seorang pejabat Irak dari komando operasi militer kota itu mengatakan tiga polisi tewas dan 15 orang terluka, termasuk sejumlah tentara AS dan satu anak, dalam serangan yang terjadi di dekat kantor walikota.

Baik Ad-Dahalaki maupun walikota tidak terluka.

Baquba berada di provinsi campuran secara agama maupun etnik Diyala, yang dianggap sebagai salah satu daerah paling berbahaya di negara itu, tempat al Qaida di Irak dan kelompok gerilyawan lain masih melancarkan serangan tetap.

Seorang jurubicara militer Amerika mengatakan "delapan tentara koalisi AS terluka" dan bahwa tentara telah mendapat serangan dari seorang pria bersenjata setelah penyerang bunuh diri itu meledakkan dirinya.

"Tentara mengenali satu orang bersenjata dan balas menembak," katanya. Ia menambahkan bahwa orang bersenjata itu tidak tertangkap.

Serangan di Baquba, di timurlaut Baghdad, itu terjadi empat hari setelah seorang pembom bunuh diri berpakaian seragam pasukan keamanan meledakan dirinya di dalam sebuah kompleks militer yang dijaga ketat di barat ibukota.

Ada laporan korban yang berbeda-beda secara luas dalam insiden itu, dengan kementerian pertahanan mengatakan 38 tentara telah terluka. Namun, beberapa pejabat senior kementerian pertahanan dan dalam negeri mengatakan 16 orang tewas dan 50 orang yang lain luka-luka.

Seorang pembom bunuh diri berpakaian seragam militer juga menyerang dalam kompleks milisi sekutu-AS di selatan Baghdad pada 11 April, yang menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan orang.

PM Irak Nuri al-Maliki memperingatkan, Ahad, pada pertemuan para pejabat senior keamanan bahwa bahaya dari "sel teroris" jauh dari usai.

Ucapannya itu disampaikan menyusul meningkatnya kekerasan pada beberapa pekan belakangan ini setelah beberapa bulan terjadi penurunan terus-menurus dalam jumlah serangan.

"Kita telah berhasil dalam membina kembali keamanan, tapi menpertahankannya lebih sulit," kata al-Maliki pada pertemuan pejabat senior polisi.

Juga pada Senin, dua anak perempuan yang berusia di bawah usia 12 tahun tewas ketika sebuah bom yang ditujukan kepada seorang pejabat militer meledak di Fallujah di sebelah barat Baghdad, ketika ia akan berangkat kerja, kata polisi.

Bom yang ditujukan kepada Kapten Saadun Mohammad Ali itu meledak di dekat pintu rumahnya ketika ia telah berada di dalam mobilnya, kata Kolonel polisi Daud Maraawi. Ledakan itu menewaskan puteri dan kemenakan perempuan Ali ketika mereka melambaikan tangan selamat jalan padanya.

Sebanyak 560.000 polisi dan 260.000 tentara Irak akan memikul tanggung jawab lebih besar keamanan ketika pasukan AS mundur dari semua kota Irak pada 30 Juni dan dari seluruh negara itu pada akhir 2011.

Kekerasan telah turun drastis pada dua tahun terakhir ketika pasukan Amerika dan Irak bersekutu dengan suku setempat dan bekas gerilyawan untuk membawa ketenangan ke bagian lebih luas dari negara itu, tapi serangan tetap terjadi di sejumlah daerah. Lebih dari 80 orang telah tewas sejak awal April.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009