Merak (ANTARA News) - Jerman bekerja sama dengan BPPT kembali melepas empat buoy pemantau tsunami ke Samudera Hindia, tepatnya di selatan Jawa dengan kapal riset Jerman, Sonne, di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa.

Deputi bidang Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Jana Anggadiredja di sela pelepasan buoy tersebut mengatakan, pelepasan empat buoy ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Jerman menyediakan 10 buoy tsunami bagi kepentingan Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Early Warning System/TEWS) pada 14 Maret 2005.

Menurut Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Ridwan Djamaluddin, empat buoy lagi telah dilepas pada 9 hingga 19 April 2009 di Samudera Hindia di barat Sumatera serta dua buoy lagi rencananya akan dipasang pada akhir 2009.

"Buoy-buoy ini sangat penting untuk memberikan peringatan kepada masyarakat pesisir ketika tsunami masih berada di tengah laut sehingga masyarakat masih sempat bertindak," katanya.

Ridwan menegaskan waktu yang dibutuhkan dari mulai Ocean Bottom Unit (OBU) mendeteksi adanya anomali tekanan yang disebabkan oleh air laut kemudian mengirimkan sinyalnya ke buoy di permukaan laut.

Dari alat di  buoy kemudian mengirim sinyal satelit melalui GPS (Global positioning system) serta menyampaikannya ke BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah tiga menit.

"Sehingga dalam lima menit BMKG sudah bisa memutuskan apakah gempa yang terjadi berpotensi tsunami atau tidak dan masyarakat punya waktu untuk bersiap sekitar 20 menit untuk menjauh dari pesisir," katanya sambil menerangkan bahwa waktu tempuh tsunami dari sumbernya di palung Jawa ke pantai sekitar 20 menit.

Dengan pelepasan empat buoy Jerman ini, maka total buoy tsunami yang terpasang di lokasi sumber tsunami Indonesia menjadi 12 buoy, yakni buoy milik Malaysia satu, milik Indonesia tiga dan delapan buoy milik Jerman.

"Dua buoy yang pernah diluncurkan Jerman pada November 2005 lalu ditukar dengan yang baru karena belum dilengkapi OBU dan hanya mencatat GPS saja sehingga belum berfungsi," katanya.

Sedangkan dua buoy milik AS yang pernah diluncurkan tahun lalu sudah hilang, ujarnya sambil menambahkan bahwa AS dan Indonesia akan melanjutkan kerja sama alih teknologi pembuatan buoy.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009