Samarinda (ANTARA News) - Bandara Temindung Samarinda masih tutup akibat banjir dengan ketinggian air sekitar 30 Cm menggenangi sebagian landasan pacu (run way) bandar udara yang terletak di jantung "Kota Tepian" itu.

Dilaporkan di Samarinda, hujan yang terjadi Rabu dini (22/4) menyebabkan luapan air dari Sungai Karang Mumus kian memperparah banjir di kota berpenduduk sekitar 700.000 jiwa tersebut.

Tiga hari terakhir, Bandara Temindung Samarinda tidak dapat beroperasi karena banjir yang terus meluas. Sebelumnya hanya satu kecamatan, kini menjadi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan Samarinda Hilir, dan Kecamatan Samarinda Hulu.

Meluasnya banjir tersebut menyebabkan sekitar 40.000 jiwa warga Samarinda diperkirakan menjadi korban akibat rumahnya terendam air antara 30 Cm sampai sekitar satu meter.

Kepala Bandara Temindung Samarinda, Bambang Darmawanto mengatakan bahwa Bandara terpaksa ditutup sejak Senin (20/4) pukul 10:00 Wita karena ruang apron bandar udara digenangi air.

Kondisi itu semakin parah pada Selasa (21/4) karena genangan air terus meluas hingga menutupi jalur landasan pacu pesawat sehingga Bandara belum bisa digunakan.

Dia menyebutkan bahwa ada beberapa hal utama yang mengakibatkan Bandara Temindung terpaksa ditutup, yakni selain landasan pacu dan apron tergenang air, juga akses jalan menuju Bandara mengalami nasib serupa dengan ketinggian sekitar satu meter lebih.

Kondisi itu menyebabkan penerbangan baik yang tiba maupun berangkat terpaksa dialihkan ke Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan yang jaraknya sekitar 120 kilometer dari Samarinda. Sejumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di Temindung, antara lain Kalstar dan Avia Star.

Bandara tersebut bisa dibuka kembali apabila kondisi air benar-benar kering, terutama apron, landasan pacu dan akses jalan menunju Bandara Temindung.

"Belum dapat memastikan kapan bisa beroperasi lagi, mengingat kondisi ini sangat tergantung ketinggian air memasuki kawasan Bandara," imbuh dia.

Banjir di Samarinda kian meluas yang sebelumnya hanya merendam wilayah Kecamatan Samarinda Utara, kini juga menyebar ke Kecamatan Samarinda Ilir dan Kecamatan Samarinda Hulu, bahkan beberapa kawasan yang menjadi pusat bisnis seperti Jl. Dr. Soetomo dan A Yani telah lumpuh.

Kawasan pusat bisnis di ibukota provinsi Kaltim itu kini lumpuh karena hanya bisa dilalui perahu, beberapa toko, kantor, bank dan dealer mobil terpaksa menghentikan aktifitasnya akibat ketinggian air terus meningkat.

Sebenarnya, Pemkot Samarinda bekerjasama dengan Pemprov Kaltim sedang membangun Bandara Samarinda Baru (BSB) untuk merelokasi Bandara Temindung di Sungai Siring, sekitar 20 Km arah utara kota itu.

Keberadaan Bandara Temindung kini sangat tidak refprensitatif karena berada di jantung kota, ditambah lagi landasan pacu hanya sekitar 950 meter sehingga hanya bisa melayani pesawat jenis Fokker 28 atau hanya sekitar 65 penumpang.

Sedangkan BSB diharapkan mampu melayani jenis Boing 373 karena memiliki landasan pacu mencapai 2.000 meter namun sampai kini masih terkatung-katung akibat kendala dana.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009