Jakarta (ANTARA News) - Perbankan akan berusaha untuk kembali menurunkan suku bunga kredit guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh lebih cepat lagi meskipun menghadapi kendala dari masih tingginya suku bunga deposito.

"Apabila suku bunga deposito yang berkisar antara 10 sampai 12 persen masih berada di posisi itu, maka bunga kredit bank akan sulit turun," kata CEO PT Standard Chartered Bank, Simon Moris kepada pers di Jakarta, usai kampanye lingkungan "Go Green."

Simon mengatakan, bunga deposito yang masih tinggi merupakan faktor utama yang menyulitkan suku bunga kredit bank bergerak turun lagi.

Namun posisi bunga kredit itu dinilai masih tinggi belum sesuai dengan keinginan dunia usaha maupun lembaga usahan lainnya, katanya.

Suku bunga deposito, memang sampai saat ini masih tinggi karena sejumlah nasabah menginginkan suku bunga berada di atas level tersebut sehingga tidak mungkin bank menurunkan suku bunga kredit di bawah suku bunga deposito, ujarnya.

Menurut dia, Indonesia sebenarnya merupakan pasar potensial karena ekonominya masih dapat tumbuh baik dibandingkan negara Asia lainnya.

Karena itu, investasi asing masih tetap terfokus ke negara ini, terutama dari Timur Tengah sehingga perekonomian masih berjalan baik, bahkan tumbuh di atas 4,5 persen yang diluar perkiraan sebelumnya.

Ditanya mengenai kredit bermasalah akan membengkak, menurut dia kemungkinan itu akan terjadi terhadap bank-bank yang kesulitan menyalurkan kredit.

Perbankan sekarang sudah mempunyai pilihan untuk menyalurkan kredit, terutama ke sektor retail yang diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik, ucapnya.

Standard Chartered Bank sendiri tetap dapat menyalurkan kreditnya melalui produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang mendapat respon cukup besar, kata Chief Consumer Banking PT Standard Chartered Bank, Lani Darmawan.

Lani mengatakan, untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat, maka bank juga telah meluncurkan produk baru E-Saver yang dapat membantu masyarakat dalam mencari kredit ke bank.

"Kami optimis penyaluran kredit banknya akan semakin tinggi setelah produk-produk baru itu diluncurkan," ujarnya.

Oleh karena itu, sebut Lending Consumer Banking Ina Susanti, memperkirakan pertumbuhan nasabah mencapai 20 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Kami memang memfokuskan diri kepada nasabah menengah ke atas yang tidak berpengaruh terhadap krisis global yang semakin berat, "ucapnya. (*)





(T.H-CS/B/A011/A011) 22-04-2009 13:40:50

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009