Yogyakarta (ANTARA News) - Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Abdul Munir Mulkhan menilai parpol Islam tidak berhasil memenangkan suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif 2009 karena gagal berkomunikasi dengan pemilih muslim.

"Mereka tidak pernah menyadari dukungan politik partai-partai Islam tersebut akibat kegagalan komunikasi dengan pemilih muslim sendiri, apalagi dengan pemilih nonmuslim," katanya dalam acara peluncuran satu buku di Yogyakarta, Jumat.

Abdul Munir menuturkan, hanya pada Pemilu 1955 parpol Islam meraih mayoritas dengan 44 persen suara, selebihnya tidak pernah lagi.

Pada Pemilu 1971 semasa Orde Baru seluruh partai Islam hanya memperoleh 27,11 persen, lalu pada Pemilu 1977 memperoleh 29,29 persen, kemudian setelah seluruh partai Islam digabung dalam PPP suara berkurang lagi menjadi 27,78 persen pada Pemilu 1982.

Kemudian, suara partai Islam berkurang lagi menjadi 15,97 persen pada Pemilu 1987, 17 persen Pemilu 1992 dan dan 21 persen Pemilu 1997.  Terakhir, dalam dua kali pemilu selama reformasi, partai-partai Islam memperoleh 37,5 persen pada Pemilu 1999 dan naik lagi menjadi 41,99 persen pada Pemilu 2004.

Kini, pada Pemilu 2009, menurut hitungan sementara, parpol Islam memperoleh suara sekitar 28 persen. Angka ini termasuk perolehan PAN (6,3 persen) dan PKB (5,1 persen) yang keduanya sudah menyatakan sebagai partai terbuka.

"Jika dikurangi kedua partai ini, suara partai Islam hanya sekitar 17,5 persen," katanya.

Abdul Munir Mulkhan mengkritik argumentasi para aktivis partai Islam yang acap menuding konspirasi kekuatan anti Islam dari dalam negeri dan asing berada di belakang terus menurunnya dukungan publik pada parpol Islam.

Dia juga mengkritik pendekatan kitab yang normatif harfiah nan hitam putih yang memokuskan perhatian pada hanya soal surga neraka atau halal haram, padahal pendekatan sosial budaya berperan penting dalam membangun simpati publik pada parpol Islam.

"Menjadi muslim ternyata tidak berbanding lurus dengan memilih partai Islam. Pilihan politik seorang muslim melibatkan beragam model hubungan dari pertemuan, kekeluargaan, kepentingan sesaat atau harapan hidup lebih baik," katanya.

Partai Islam sendiri lebih banyak didukung sebagian kaum santri yang jumlahnya 25 persen dari pemeluk Islam, namun ironisnya banyak dari mereka menjadi aktivis atau berkarya di Golkar, PDIP, dan kini Partai Demokrat yang mereka nilai jauh dari stigma lama nasionalis atau sekuler. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009