Jakarta (ANTARA News) - Jaringan bioskop Blitzmegaplex memberikan penghargaan "Blitzmegaplex Award" kepada insan perintis perfilman nasional atas dedikasinya membangun industri film di tanah air.

Penghargaan itu antara lain diberikan kepada Djamaluddin Malik sebagai pelopor produser nasional, sutradara Usmar Ismail, dan penulis skenario (scriptwritter) Asrul Sani pada penutupan peringatan Hari Perfilman Nasional ke-59 di Jakarta, Minggu (26/4).

Komisaris Utama Blitzmegaplex, AM Hendropriyono, dalam siaran persnya Senin mengungkapkan, nama-nama peraih penghargaan tersebut merupakan pelopor perfilman tanah air yang mampu mengubah wajah perfilman Indonesia.

"Karena kepeloporan, semangat dan kecintaan mereka kepada film Indonesia, maka kami memberikan penghargaan ini kepada pejuang-pejuang film tersebut," kata mantan Kepala BIN tersebut.

"Mereka adalah orang yang pas untuk anugerah ini," tambahnya.

Ketiganya terpilih dari 10 nominator yang disusun oleh tim yang secara khusus dibentuk Blitz. Blitzmegaplex Award diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat para sineas perfilman nasional agar selalu berkreasi dan terus memberikan karya-karya terbaiknya.

Pelopor Perfilman

Usmar Ismail dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1920 di Bukittinggi, Sumatera Barat dan wafat di Jakarta pada tanggal 2 Januari 1971 karena pendarahan otak.

Film "Darah dan Doa" yang dibuat oleh Usmar Ismail pada 30 Maret 1950 menjadi penanda Hari Film Nasional berdasarkan Keputusan Presiden yang ditandatangani BJ Habibie.

Film "Darah dan Doa" atau The Long March of Siliwangi merupakan film pertama yang diproduksi oleh pribumi dengan perusahaan film pribumi pertama yakni Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang didirikan Usmar Ismail pada 1950.

Karena jasa-jasanya bagi perfilman Indonesia, nama Usmar Ismail (1921-1971) diabadikan dalam Pusat Perfilman H. Usmar Ismail di Kuningan, Jakarta. Dan untuk prestasinya di bidang film dan drama, Usmar Ismail mendapatkan penghargaan Wijayakusuma dari pemerintah Republik Indonesia pada 1962.

Penerima penghargaan dari Blitzmegaplex lainnya adalah Djamaluddin Malik, dikenal sebagai tokoh perfilman nasional. Putera Minang kelahiran tahun 1917 ini mulai melangkahkan kaki untuk perjuangan dengan mendirikan kelompok sandiwara Panca Warna.

Djamaluddin mempelopori berdirinya industri perfilman Indonesia dengan mendirikan NV Persari (Perseroan Artis Republik Indonesia) pada 1950.

Tahun 1954 , ia menjadi pemrakarsa berdirinya PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia), pemrakarsa penyelenggaraan FFI pertama tahun 1955.

Djamaludin meninggal tak lama setelah itu di Munich, Jerman, saat berobat kesana. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera II (Adipurna) dan pada tahun 1973 dikukuhkan sebagai pahlawan nasional.

Asrul Sani

Asrul Sani adalah pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia.

Asrul Sani bersama penyair legendaris Chairil Anwar dan Rivai Apin telah mengumpulkan karya puisi bersama berjudul "Tiga Menguak Takdir" yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada 1950, dan didaulat menjadi tokoh pelopor sastrawan Angkatan 45.

Asrul Sani, seorang penulis skenario yang hingga kini diakui banyak orang belum ada tandingannya, selama hidupnya hanya mendedikasikan dirinya pada seni dan sastra.

Pada tahun 2000, Pemerintah RI memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Utama kepada Asrul Sani.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009