Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyesalkan sikap beberapa BUMN yang saling bertransaksi menggunakan dolar AS di dalam negeri, yang akhirnya menyulitkan industri nasional.

"Agak aneh sikap beberapa BUMN ini. Padahal di Sidang Kabinet dan di rapat Menko Perekonomian sudah dibahas. Di situ kita tekankan transaksi antar BUMN tidak menggunakan dolar," kata Fahmi usai Seminar Executive Leadership bertema "Kebangkitan Produk Industri Dalam Negeri" di Jakarta, Selasa.

Dalam hal ini Fahmi menyayangkan, dua BUMN migas yang bertransaksi menggunakan dolar AS, sehingga menjual produknya juga dengan memakai dolar.

"Celaka itu. Padahal pemerintah sedang minta untuk dilakukan penghematan devisa. Itu perlu ditertibkan," ujar Menperin.

Penghematan devisa ini merupakan kebijakan pemerintah karena itu, menurut dia, tidak perlu dikeluarkan lagi peraturan-peraturan. "Presiden sendiri yang minta agar dilakukan penghematan penggunaan devisa".

Penghematan penggunaan devisa negara pada dasarnya merupakan upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak krisis keuangan global dan turunnya devisa negara. "Ini transaksi dengan dolar dilakukan antara dua BUMN. Saya tidak mengerti kenapa PGN dan Pertamina melakukan itu," ujar Fahmi.

Sebelumnya, Menperin juga menyesalkan masih adanya BUMN yang tidak melaksanakan Keppres Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunakan Produk Dalam Negeri.

Menurut dia, belum sinkronnya persepsi mengenai penggunaan produk dalam negeri pada BUMN tahun 2007 menjadi masalah. "Bayangkan, waktu itu BUMN secara procurement, Keppres tersebut tidak masuk hitungan".

Dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 2 Tahun 2009, menurut Menperin, penggunaan produk dalam negeri oleh BUMN sudah lumayan meningkat. Hanya beberapa instansi saja yang belum bisa banyak menggunakan produk dalam negeri.

(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009